Majalah Merdeka edisi 17 Februari 1946 hadir setelah 6 bulan kemerdekaan bangsa Indonesia. Proklamasi Kemerdekaan ini dilarang disiarkan oleh militer Jepang dengan menduduki kantor berita dan badan-badan penyiaran. Akan tetapi para pemuda secara diam-diam menyebarkan melalui surat kabar, poster dan pamflet yang ditempel didinding. Majalah Merdeka ini adalah koleksi Monumen Pers Nasional yang berani menggaungkan tentang Kemerdekaan Indonesia agar diakui oleh seluruh dunia. Enam bulan yang amat penting artinya karena harus melakukan proses untuk merombak segala yang berhubungan dengan penjajahan seperti yang tercantum dalam teks proklamasi “Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara saksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnya”.

Suasana detik-detik Proklamasi Kemerdekaan maupun setelah Proklamasi dicetuskan, digambarkan dalam foto-foto berupa gedung dimana proklamasi 17 Agustus 1945 diumumkan, serta foto Presiden Soekarno saat membacakan Proklamasi Kemerdekaan. Ketika mendengar Proklamasi Kemerdekaan ini, dalam kacamata dunia masih ada keraguan dan belum menerima kemerdekaan Indonesia. Akan tetapi seperti yang diberitakan oleh New York Times, setiap minggunya surat kabar itu memberi bukti kekuatan gerakan kemerdekaan yang di pimpin oleh Soekarno. Kekuatan ini bertambah besar dengan datangnya tentara Inggris atau sekutu sebagai alat PBB untuk melucuti senjata dan memulangkan tentara Jepang yang kalah dalam perang dunia. Awalnya bangsa Indonesia percaya, namun sayangnya tentara sekutu tersebut di boncengi oleh NICA yang bermaksud mengembalikan kekuasaan Belanda di Indonesia. Sikap Indonesia akhirnya berubah dan mulai memerangi sekutu. Kekacauan dan kerusuhan terjadi dimana-mana di Surabaya, Semarang, Magelang, Bandung, Jakarta dll. Akan tetapi bangsa Indonesia tetap teguh pada pendiriannya, dan berusaha mempertahankan kedaulatan negaranya.

Perdana Menteri Sjahrir secara tegas menentang jika Inggris mendatangkan pasukannya lebih banyak lagi untuk melakukan gerakan-gerakan militer, maka seluruh rakyat Indonesia akan mengadakan perlawanan. Peristiwa Bekasi, Tjibadak dan Tabang yang dilakukan oleh Inggris secara keji tidak menambah kehormatan Inggris di mata dunia. Masalah Indonesia yang awalnya hanya soal Indonesia- Belanda menjadi masalah Internasional.

Tanggal 19 September 1945 pukul 16.30, puluhan ribu rakyat membawa bendera semboyan dan panji-panji mendatangi Lapangan Gambir atau yang disebut dengan Lapangan Ikada untuk menghadiri rapat besar untuk menyambut kemerdekaan Indonesia. Rapat besar tersebut mampu menggelorakan semangat juang seluruh rakyat Indonesia.

Perjuangan belum berakhir. Gerakan untuk mempertahankan kedaulatan negara masih harus dilakukan diseluruh penjuru negeri. Indonesia berhak merdeka dan menentukan nasibnya sendiri demi kemakmuran bangsa. Seluruh sisi kehidupan rakyat Indonesia ikut berjuang. Perjuangan kebudayaan Indonesia dari segi agama, kesenian, adat istiadat, ilmu pengetahuan, politik, ekonomi, falsafah bangsa harus difikirkan secara selaras dalam melawan kebudayaan kebudayaan barat dan imperialis yang mulai menyerang kembali. (Eti Kurniasih).

Sumber Referensi : Majalah Merdeka edisi 17 Februari 1946