Sabtu (29/01/2022), Monumen Pers Nasional mengadakan Media Gathering dalam rangkaian Festival Pers Indonesia pada perhelatan Hari Pers Nasional 2022. Acara ini dihadiri oleh peserta berbagai pimpinan redaksi dari media di Solo, juga Usman Kansong selaku Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik, Kementerian Komunikasi dan Informatika, serta Ketua Persatuan Wartawan Indonesia, Atal S. Depari sebagai pembicara. Atal S. Depari menyoroti pers dalam momentum perubahan digital dan pers perjuangan, juga diperkuat dengan materi Usman Kansong mengenai peran Indonesia dalam G20.

(Dirjen IKP Kominfo Usman Kansong berbicara dengan Ketua PWI Atal S. Depari dalam Media Gathering di Monumen Pers Nasional)

Pertemuan ini dibuka dengan sambutan Kepala Monumen Pers Nasional, Widodo Hastjaryo yang menjelaskan tentang kegiatan-kegiatan Monumen Pers Nasional yang akan dilaksanakan dalam menyambut Hari Pers Nasional 2022. Diantaranya adalah Workshop Jurnalistik bertajuk “Wartawan Bisa Apa di Era Digital?” dan Pameran “Bangkit Bersama Menjadi Lebih Kuat”. Pendahuluan ini dijadikan titik berangkat yang penting dalam jalannya diskusi pada acara ini.

Usman Kansong sebagai narasumber mengawali materi dengan memaparkan tentang kondisi saat ini yang serba-serbi digital. Hal tersebut baginya sudah seharusnya sejalan dengan tujuan Indonesia dalam perhelatan G20. “Sejak November 2021 kita menjadi ketua presidensi di G20, selama satu tahun kita menjadi penyelenggara di berbagai acara. Saya mendorong kepada kepala dinas untuk proaktif menggaungkan presidensi G20,” jelasnya. Dalam hal lain, menurutnya pers juga harus ikut serta dalam mendukung hal tersebut, dengan cara menyesuaikan zaman dan siaga dalam menghadapi masa depan, tentang bagaimana pers secara aktif menyesuaikan diri.

(Dirjen IKP Kominfo Usman Kansong berbicara dengan Ketua PWI Atal S. Depari dalam Media Gathering di Monumen Pers Nasional)

Selanjutnya, Atal S. Depari sebagai narasumber kedua juga ikut mendukung proses adaptasi yang harus segera dilakukan secara luas oleh tiap industri pers, yaitu dengan cara meningkatkan kompetensi profesionalisme dari kalangan wartawan-wartawan. Dirinya menegaskan, “Era mesin cetak akan berakhir, wartawan harus bisa beradaptasi dengan perkembangan jaman. Analog akan didigitalisasi semua. Artinya ini peluang bagi wartawan banyak, tuntutan kompeten dan professional tidak seperti uji pegawai, wartawan harus paham, harus banyak belajar lagi. Program Pendidikan PWI kedepan harus sudah direncanakan.” Pemaparan materi dalam media gathering diakhiri dengan presentasi dari narasumber ketiga, yakni Ismail Cawidu selaku pengamat media sosial UIN Jakarta. Narasumber ini juga ikut menyinggung mengenai tranformasi digital. Bagi Ismail, kompetensi digital pers kita masih rendah, dan ini menjadi tugas kita bersama. Dirinya menguraikan, “tingkat transformasi digital kita masih ditingkat sedang, ini juga menjadi konsen bagi pemerintah sehingga programnya adalah pemerintah melakukan pelatihan-pelatihan dengan menyusun kurikulum, seperti budaya digital, etika digital.” Setelah ketiga narasumber selesai menyelesaikan pemaparan materi, acara dilanjutkan dengan diskusi bersama para peserta dan kesimpulan dari narasumber.