Djawa Tengah Review adalah koleksi majalah yang dimiliki Monumen Pers Nasional edisi bulanan yang terbit  bulan Juli tahun 1929 dan menggunakan bahasa Melayu Cina. Isi dari majalah ini cukup bervariasi dan menampilkan banyak foto pada masa itu. Foto Pintu Gerbang Pasar Malam Semarang berarsitektur Cina didalamnya terdapat rumah kopi Margoredjo yang sudah terkenal di seluruh Indonesia dan sampai ke negeri sebrang, serta beberapa foto sekolah  E. Teck Girl School di Bangkok mengawali majalah ini. 

Dua foto candi Gedong Songo yang berada ditengah gunung Soemowono (Ambarawa), menurut cerita candi tersebut sebagai tempat bertapa Prabu Dhosomoeko di jaman Poerwo. Dari luar negeri, foto laki-laki dan perempuan di Ueno Park, Jepang berdemonstrasi menuntut pemerintahan yang bersih. Foto Sultan dari Maroko bersama pembesar dari Perancis meresmikan Spoorweg atau kereta baru tujuan Marrakesh dan Casablanca. Dari Kamboja foto upacara penobatan dari raja Monivong menggantikan ayahnya raja Sisowoth yang telah meninggal dunia.

Foto tim sepakbola etnis Cina Loh Hwa yang telah sampai di Tanjung Priok, Batavia disambut oleh beberapa bestuursleden dan komite van ontvangst di kapal Plancius serta beberapa foto lainnya tentang tim sepakbola tersebut. Berita tentang Loh Hwa menjadi trending topik dalam majalah ini, tujuan dari ikut sertanya Loh Hwa dalam turnamen diLamyang dan Tiongkok adalah pertama, mendapatkan pengalaman dalam melawan musuh-musuh yang tangguh, sehingga mendapatkan teknik yang lebih sempurna. Kedua, membuka perhubungan yang lebih erat antara Hoakiauw di Lamyang dan Tiongkok. Ketiga, mendapatkan dana untuk memajukan atletik dan mendirikan gedung perkumpulan Loh Hwa di Shanghai.

Rubrik berita politik mengenai konflik antara Tiongkok dan Rusland (Soviet). Konflik ini diawali karena Soviet memberi pengaruh yang besar dan berusaha menjadikan Tiongkok negeri Soviet Timur. Niat Soviet ini akhirnya terbongkar juga dan terjadi keributan di Canton serta menimbulkan perpecahan diantara rakyat Tiongkok.

Berita lain tentang pembatasan kelahiran di negeri Cina. Pertambahan penduduk yang pesat sekitar 25% dari jumlah penduduk dunia sementara luas tanahnya hanya 7,6% dari luas tanah dunia, menyebabkan terjadinya kemelaratan di Tiongkok. Dengan pembatasan kelahiran ini, produksi bahan makanan dan barang dapat memenuhi kehidupan bangsa dan bisa menjadi negeri yang kuat.

Demikian sekilas berita dari majalah Djawa Tengah Review edisi bulan Juli 1929. Untuk edisi yang lain bisa di baca di layanan Epaper Monumen Pers Nasional.

Penulis : Eti Kurniasih