Soeloeh Ra’jat adalah majalah koleksi Monumen Pers Nasional yang terbit tanggal 2 Januari 1929 dan menggunakan bahasa Melayu. Majalah pergerakan rakyat ini ditandai dengan tulisan pada halaman dua, yang berjudul “Persatuan” berisi tentang kesadaran pergerakan Indonesia akan pentingnya persatuan. Mosi PPPKI pada tanggal 1 September 1928 yang mewajibkan kepada partai-partai politik dalam mengadakan propaganda tidak menggunakan kata-kata yang menyakitkan hati dan kritik yang tidak pantas melainkan menghasilkan keputusan yang bijaksana. Diantara golongan kaum kristen ada yang ingin memelihara hubungan dengan partai nasionalis melalui jalan sosial ekonomi.

Perkumpulan atau perserikatan seperti Perserikatan Perempoean Indonesia, Persatoean Minahasa, Sarekat Ambon dan sebagainya, memiliki tujuan yang sama yaitu tecapainya persatuan bangsa, kemudian pada tanggal 28 Oktober 1928 diputuskan bahwa putra-putri Indonesia mengakui :

  1.  Satu tumpah darahnya ialah Indonesia
  2.  Satu bangsanya ialah bangsa Indonesia.
  3. Satu bahasanya ialah bahasa Indonesia yang akan dijunjungnya

Perlu dicatat bahwa dalam mencapai persatuan itu perlu nafsu untuk menetapkan keadaannya sendiri baik dalam kemajuan tiap-tiap suku bangsa maupun dalam kemajuan kemanusiaan pada umumnya. Hendaknya lebih bijaksana supaya dapat menentang kebijaksanaan lawan kita. Menurut Mr.M.W.F. Treub dalam bukunya yang berjudul ” Het Gist in Indie” dalam halaman 4 mengajarkan bahwa kekuasaan asing itu cuma dapat berdiri tetap, apabila bangsa atau bangsa-bangsa yang diperintahkannya itu masih belum matang untuk memerintah dan mengatur negerinya sendiri, maka pemerintah atau penjajah itu akan memaksa memikulkan pertuanannya pada bangsa yang diperintah. Treub juga berpendapat Indonesia bisa dicerdaskan politiknya dengan perlahan-lahan oleh anak negeri dengan cara menghilangkan atau mengurangi sekolah H.I.S karena pengajaran barat itu hanya doktrin dari pemerintah Belanda kepada bumiputera.

Keinginan untuk mendirikan suatu bank kebangsaan disambut dengan senang hati oleh Studieclub. Para ulama mengadakan rapat di Surabaya pada tanggal 20 Agustus pendirian bank bisa dilakukan dengan meninggalkan permasalahan riba. Akan tetapi masalah riba itu kemudian diputuskan oleh Majelis Ulama Partai S.I (Sarekat Islam) pada kongres selanjutnya di Batavia. Pada kongres PPPKI di Surabaya, pendirian bank nasional menjadi pembicaraan yang penting., Ketua Dewan Eksekutif PSI tuan H.O.S. Tjokroamonito mempertahankan pendapatnya tentang perdagangan nasional dan  budaya bank di Indonesia, dimana beliau tidak setuju cara bekerjanya bank-bank yang ada sekarang ini. Hasil keputusan kongres setuju dengan pendirian bank nasional dan mengangkat komisi untuk mempelajari hal itu dan merencanakannya. Akhirnya pada tanggal 20 Oktober 1928 Bank National Indonesia dengan modal 500.000 gulden.

Ir. Staargaard mengatakan bahwa Belanda sangat berkuasa dan berbuat sewenang-wenang terhadap anak negeri. Untuk itu nasib anak negeri perlu diperhatikan. Sekolah-sekolah banyak yang harus diperbaiki, diperluas dan ditinggikan. Pemerintah bermaksud membangun Hollandsch-Inlandsch Onderwij Commissie yang bertugas memberi pertimbangan kepada pemerintah sampai dimana pemerintah memberi pengajaran barat kepada penduduk bumiputera dan dalam waktu berapa lama.

Demikian sekilas berita dari majalah Soeloeh Ra’jat edisi 2 Januari 1929. Untuk edisi yang lain bisa di baca di layanan Epaper Monumen Pers Nasional. Penulis: Eti Kurniasih