SOLO – Puluhan jurnalis media cetak, online, pers kampus  dan elektronik di Solo Raya, mengikuti Safari Jurnalistik sesi III. Yang digelar Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) di Monumen Pers Nasional Surakarta, Jalan Gajah Mada 59 Surakarta. Sabtu (21/5). Hadir dalam pembukaan acara Safari jurnalistik di Kota Bengawan adalah: Anas Syahirul (Ketua terpilih PWI Khusus Surakarta), Widodo Asmowiyoto (Anggota Tim Penguji UKW yang juga Mantan Pemimpin Redaksi II Harian Pikiran Rakyat). Yulian Warman (Senior General Manager Head of Public Relation Division Corpore Communication). Marah Sakti Siregar (Ketua Bidang Pendidikan PWI Pusat) dan Suminto Yuliarso (Kepala Monumen Pers Nasional Surakarta). Agenda ini  adalah yang ketiga setelah sebelumnya digelar di Palangkaraya dan Banjarmasin. Acara serupa selanjutnya akan digelar di Banyuwangi dan Batam.

Dalam acara pelatihan bagi profesi wartawan itu, diisi oleh Marah Sakti Siregar, Widodo Asmwiyoto dan Banjar Chaerudin. Safari Jurnalistik di Kota Bengawan itu, sebelumnya digelar di Palangkaraya dan Banjarmasin. Acara serupa yang bekerjasama dengan PT Astra Internasional itu, selanjutnya akan digelar di Banyuwangi dan Batam. “Kami berkomitmen untuk ikut membantu peningkatan ilmu jurnalistik bagi jurnalis. Saat ini, ada 50 jurnalis lebih,” ungkap Ketua PWI Khusus Solo, Anas Syahirul.

Selain materi Uji Kompetensi Wartawan (UKW) oleh Widodo Asmwiyoto, peserta diajak mendalami jurnalisme investigasi oleh Marah Sakti Siregar yang juga Ketua Bidang Pendidikan PWI. Sementara pembicara lain, Banjar Chaeruddin memberi penjelasan tentang kode etik jurnalistik. Dalam kesempatannya, Marah mendorong jurnalis lebih kritis sebagai pihak yang bertanggung jawab pada publik. “Jangan sampai pers terpecah belah, karena kepentingan politik dan korporasi,” terang dia.

Menurutnya, investigasi adalah kegiatan peliputan dan penulisan berita atau fakta secara selidik oleh wartawan dalam rangka mengungkap fakta/perbuatan ilegal yang tersembunyi. Bahkan ada informasi yang disembunyikan orang atau kelompok orang secara sistemik untuk kepentingannya yang merugikan kepentingan masyarakat/publik atau negara. “Dengan cara itu, informasi akan lebih lengkap. Jadi haru ada perencanaan, riset, dan observasi. Tidak hanya talking news saja,” jelasnya.

Sementara itu, Widodo menambahkan, PWI terus melakukan UKW. Apalagi saat ini, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), sudah berlangsung. Diharapkan, UKW menjadi program untuk meningkatkan kualitas dan profesionalisme wartawan. Bahkan UKW juga menghindarkan penyalahgunaan profesi. “Sudah ada 5.400 lebih yang sudah berhasil kami uji kompetensinya. Karena dimasa MEA seperti ini, profesi wartawan jangan sampai tergerus zaman. Berbagai bahasa harus lihai,” aku dia. (PWI)