Suasana pembukaan rangkaian acara akhir tahun Museum KAA yang diawali oleh seminar dan pameran temporer Negara Sahabat, This Time for Africa, pada Sabtu (17/2) lalu.

Bandung – Sabtu (17/12), tepat di ruang Pameran Tetap, Museum Konperensi Asia Afrika (MKAA) menggelar acara Seminar dan Pameran Temporer Negara Sahabat: This Time for Africa. Acara yang dimulai pukul 10.00 WIB ini membahas tentang kebudayaan Afrika dan hubungan bilateral Indonesia-Afrika. Dihadiri oleh berbagai kalangan, dari mahasiswa hingga diplomat, acara ini bertujuan untuk mempererat hubungan kenegaraan antara Indonesia dan negara-negara Afrika sejak peristiwa KAA 1955.

Pameran Temporer Negara Sahabat dengan tema “This Time for Africa” resmi dibuka

Seminar This Time for Africa merupakan salah satu kegiatan dari sejumlah rangkaian kegiatan acara akhir tahun yang digelar oleh MKAA hingga malam pergantian tahun. Acara ini dihadiri serta diisi oleh tokoh-tokoh seperti Pejabat Fungsional Diplomat Direktorat Afrika Artanto Salmoen Wargadinata, Sekretaris Direktorat Jenderal IDP Aziz Wahyudi, Kepala Monumen Pers Nasional Surakarta Suminto Yuliarso dan staf Museum KAA Desmond Satria Adrian.

Dalam pelaksanaannya, acara ini bekerja sama dengan sejumlah lembaga dan komunitas, seperti Monumen Pers Nasional Surakarta, Young African Ambassadors in Asia (YAAA), Sahabat MKAA, dan Komunitas Film Layar Kita. Seminar ini juga diikuti oleh Pembukaan Pameran Temporer Negara Sahabat: This Time for Africa. Menampilkan rekam jejak hubungan Indonesia dan Afrika, yang dibuka oleh Aziz Wahyudi

Para Tamu Undangan sedang melihat Pameran Temporer Negara Sahabat dengan dipandu oleh Bapak Prima dari pihak MKAA.

Dalam acara ini, Monumen Pers Nasional Surakarta menampilkan kegiatan KAA mulai kurun waktu tahun 1955 hingga 2005. Media yang ditampilkan merupakan hasil kolaborasi MKAA dan Monumen Pers Nasional Surakarta. Sejumlah artikel juga ditampilkan di pameran ini, seperti hubungan Indonesia dengan Afrika Selatan dan Zaire di bidang perdagangan, serta penganugerahan bintang Republik Indonesia kepada Nelson Mandela. Selain artikel, terdapat pula saksi sejarah lain, yaitu mesin ketik milik tokoh perintis pers Indonesia dari Jawa Barat Bakrie Soeraatmadja dan kamera milik wartawan Surat Kabar Harian Bernas Fuad Muhammad Syafruddin.

Melalui seminar dan pameran ini diharapkan dapat memberikan akses informasi kepada masyarakat sebagai langkah untuk mempromosikan dan memahami hubungan Indonesia dan negara-negara Afrika. (Risa, Ridha/JT)