Paradigma orang Indonesia selalu menempatkan urusan  “kebelakang”  disuatu tempat, disebuah pojok yang tersembunyi jauh dari latar depan tempat diperbincangkannya urusan muka dan makan. Tak pelak lagi urusan belakang ini menjadi terabaikan. Dan bukanlah sesuatu yang aneh ketika berkunjung ketempat seseorang teras dan ruang tamunya ditata demikian elegan namun ketika melihat ke ruang belakang kita menemukan sesuatu yang bertolak belakang, kusam kotor pesing dan berbau tidak sedap.

Apalagi untuk membicarakan permasalahan belakang ditempat formal, diruang seminar seolah tabu untuk dibahas. Padahal segala macam bentuk  dan type orang dari berbagai strata sosial pasti menggunakan fasiltas belakang yang populer disebut dengan toilet ditempat-tempat umum seperti bandara, tempat rekreasi, museum, mal, pasar, terminal, perkantoran, hotel dan sebagainya. Coba kita bayangkan ketika orang buang hajat difasilitas yang tidak memadai yang kemudian dikuti oleh orang berikutnya melakukan hal yang sama bukan tidak mungkin orang tersebut membawa virus,kuman, penyakit dan saling menularkan apalagi bila kondisi “tempat” tersebut tidak terawat dengan baik.

Sebagian  Pembicara/ peserta WTS 2013 di taman Balekambang Solo
Sebagian Pembicara/ peserta WTS 2013 di taman Balekambang Solo

Menurut survey seseorang mengunjungi toilet dalam sehari antara 6 -7 kali dan 47 % pria yang selesai “berhajat” tidak mencuci tangannya. Dan wanita merupakan pengguna toilet yang 2 sampai 3 kali lebih lama menggunakan toilet  dari pada pria.

Assistant Brand Building Manager Domestos Toilet Cleaner dan Vixal PT Unilever Indonesia Tbk, Johan Mantik, mengatakan berdasarkan data yang dikeluarkan PBB disebutkan bahwa Indonesia menduduki urutan kedua di dunia sebagai negara dengan sanitasi buruk. Johan Mantik melanjutkan, sebanyak 100 juta dari 250 juta jiwa penduduk Indonesia belum memiliki akses sanitasi yang baik. “‘Data global pada 2010 mengungkapkan bahwa 63 juta penduduk Indonesia tidak memiliki toilet dan masih buang air besar (BAB) sembarangan di sungai, laut atau daratan.

Ketua Asosiasi Toilet Indonesia (ATI), Naning Adiwoso pada acara World Toilet Sumit 2013 yang berlangsung di Solo 30/9 -4/10 2013, mengatakan saat ini hampir seluruh negara di dunia sedang berperang melawan problem lingkungan dan sanitasi yang buruk. Sanitasi bukan masalah etika tetapi masalah kompleks dengan berbagai implikasi, termasuk ekonomi. World Toilet Sumit (WTS) dinilainya sebagai bukti perkembangan dalam bidang sanitasi di tingkat global di berbagai level. Kita perlu menekankan pentingnya toilet yang bersih, sehat dan higienis kepada seluruh masyarakat. Hal ini adalah dasar untuk menuju masyarakat yang lebih sehat yang pada akhirnya akan membantu mewujudkan Indonesia yang lebih sehat,”. Ia menyatakan bahwa kegiatan ini sangat penting artinya bagi upaya pengembangan kesehatan dan sanitasi toilet di Indonesia. “Melalui kegiatan ini kita bisa menunjukkan perkembangan upaya kita kepada masyarakat dunia.”

Menteri Pekerjaan Umum, Djoko Kirmanto pada acara yang sama  menegaskan bahwa memperoleh air bersih dan sanitasi yang baik adalah hak asasi manusia. Sedangkan kampanye toilet bersih harus mempertimbangkan kearifan lokal dan dilakukan sesuai dengan tingkat kemampuan masyarakatnya.

Kesehatan dan sanitasi saling berkaitan dan merupakan hal yang penting bagi manusia namun masih banyak orang yang belum peduli hal ini. Terkait kesehatan dan sanitasi toilet, tidak sedikit masyarakat pedesaan yang masih mempraktikkan Buang Air Besar Sembarangan (BABS). Hal ini patut menjadi perhatian mengingat pemerintah sendiri sedang bergiat untuk mencapai target Millenium Development Goals (MDGs) yang salah satunya adalah target di bidang sanitasi.

Perhatian terhadap fasilitas masyarakat tersebut masih sangat kurang, sedang jumlah orang penggunanya semakin bertambah seiring dengan tingkat mobilitas yang kian meningkat. Padahal  tingkat kebersihan toilet juga dapat menjadi strategi pemasaran dalam berkompetisi bahkan sering menjadi barometer untuk tempat-tempat yang sering dikunjungi publik, seperti pusat bisnis, rumah sakit, bandara, dan sejenisnya.

World Toilet Sumit yang ke 13 yang baru saja usai dan baru pertama kali diselenggarakankan di Indonesia, mengangkat tema “Rural Meets Urban Sanitation,” yang menggambarkan kegiatan yang bertujuan untuk memberdayakan masyarakat dalam peningkatan sanitasi yang lebih baik, guna mengurangi kemiskinan, mewujudkan masyarakat yang lebih sehat dan bersih baik di pedesaan maupun perkotaan. Selain itu kegiatan ini diharapkan bisa membantu menciptakan serta meningkatkan kesadaran sanitasi masyarakat rural/ pedesaan.

WTS 2013 Solo, seyogyanyanya dapat menjadi titik tolak  bangkitnya kesadaran masyarakat akan pentingnya toilet. Kita tidak cukup mengkampanyekan hidup sehat sebagaimana dicetuskan presiden SBY pada tahun 2011 cuma  dengan dengan mengkonsumsi makanan pola dan hidup sehat, tetapi juga harus disertai dengan meningkatkan berbagai fasilitas umum ( toilet) yang sehat pula. Program Sanimas (Sanitasi berbasis masyarakat ), yang dicanangkan Kementerian PU, hingga 2012, 572 Sanimas telah beroperasi di 169 kota/kabupaten dan pada 2013 ini dikembangkan lagi di 180 kota/kabupaten lainnya,”

Ketua World Toilet Organization (WTO), Jack Sim, menegaskan bahwa untuk membantu masyarakat dalam mengembangkan sanitasi, harus menggunakan bahasa yang mereka pahami. Jangan menggunakan jargon-jargon ilmiah, karena meskipun secara akademis benar, tetapi tidak dapat dipahami oleh masyarakat. Salah satunya adalah melalui pendekatan media.”Tahun lalu WTO berhasil menjangkau 3.3 miliar penduduk dunia tanpa kampanye tetapi melalui pemberitaan di media. Lebih dari itu, para pegiat sanitasi adalah harus merupakan orang yang hebat karena berani menghadapi cemoohan orang yang mengganggap masalah toilet adalah lelucon. Selain itu juga harus mendekati pemuka agama dan selebriti untuk mengembangkan kesadaran mengenai toilet karena sanitasi menyangkut semua orang,” ujarnya.

WTS 2013 Solo diharapkan  dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat luas tentang arti dan pentingnya toilet, merubah mindset yang selama ini menanggap permasalahan toilet sebagai masalah sepele/ remeh temeh  dan tabu  untuk dibicarakan. Peserta Training of Trainer (TOT) serba serbi tentang toilet  yang berlangsung selama  2 hari di hotel Sunan, 30/9-1/10 2013 merupakan bagian penting dari rangkaian acara WTS diharapkan mampu menyebarkan pengetahuan yang  di dapatkan dalam kegiatan ini di tempat mereka beraktivitas dan membantu pemerintah mewujudkan target sanitasi dan kesehatan dimulai dari lingkungan terkecil seperti keluarga dan masyarakat tempat mereka tinggal.

Kebersihan  toilet adalah menjadi tanggung jawab kita semua, baik pemilik yang mengelola , operator yang  siap setiap saat dan pengguna yang selalu ingat sehabis ia, ada orang lain yang mempergunakan fasilitas tersebut.(Supardi, S.Sos)