Tahukah Anda 10 Perintis Pers Indonesia?

7. Djamaluddin Adinegoro Delar Datuk Maradjo Sutan

Lahir 19 Agustus 1904 di Talawi Sumatera Barat. Selesai belajar pada Europese Lagere School, oleh ayahnya ia dikirim ke Jawa sekolah di STOVIA. Tetapi Djamaluddin ternyata tidak merasa cocok belajar kedokteran. STOVIA ditinggalkannya dan mulai menginjakkan kakinya ke dunia yang di minatinya, jurnalistik.

Sebagai wartawan dia sempat keliling dunia. Catatan-catatan perlawatannya ke Eropa itu dikirimkannya ke majalah Pandji Poestaka dan kemudia diterbitkannya sebagai buku oleh Balai Poestaka dengan judul “Melawat ke Barat”.

Kembali dari Eropa dia diserahi tugas sebagai Pemimpin Redaksi majalah Pandji Poestaka. Namun enam bulan disana kemudian ia pindah ke Medan dan mengemudikan harian “Pewarta Deli”.

Pada masa awal kemerdekaan (1948) dia pindah ke Jawa. Bersama-sama dengan Prof. Dr. Soepomo, Pangeran Moh. Noor, Soekardjo Wirjopranoto, Goesti Majur dan Mr. Joesoef Wibisono dia mendirikan majalah “Mimbar Indonesia”. Dalam saat yang singkat majalah ini mampu merebut simpati publiknya.

Oleh pemerintah Republik, dia pernah ditunjuk sebagai Komisaris Besar RI dan Pemimpin Penerangan RI di Sumatera dengan pangkat tituler Kolonel. Dalam jabatannya sebagai Pemimpin Penerangan RI di Sumatera ini, dia sempat pula menerbitkan harian “Kedaulatan Rakjat” di Bukittinggi.

Adinegoro semula adalah nama samarannya yang akhirnya justru menyatu dengan nama aslinya : Djamaluddin. Kini namanya Adinegoro, dipakai untuk pemberian penghargaan karya jurnalistik terbaik wartawan Indonesia.