Tahukah Anda siapa saja 10 Perintis Pers Indonesia?3. RM. BINTARTI

Berasal dari keluarga abdi dalem kraton Yogya. Ayahnya Raden Mas Mangkudimedjo alias Raden Mas Kartidir-djo, seorang priyayi yang suka menulis.

Ia belajar menulis pada RM. Tirtohadisoerjo, pemimpin majalah “Medan Prijaji” yang ada di Bandung. Setelah merasa cukup, ia kembali ke Yogya dan mulai menulis untuk Bintang Mataram dan Perniagaan.

Tak lama di Yogya, karena rekomendasi dari seorang tukang cukur berbahasa Jepang (mungkin seorang spion) ia berhasil bekerja sebagai redaktur Tjahaja Selatan di Surabaya. Dari Tjahaja Selatan, Bintarti kemudian berkelana dari suratkabar ke suratkabar. Perpindahan ini disebabkan situasi pada waktu itu penuh dengan gejolak pergerakan melawan penjajah sehingga banyak suratkabar dan majalah tutup-terbit berganti-ganti. Dari Tjahaja Selatan ia pindah ke Harian Tjhoen Tjioe, lalu pindah lagi ke Pewarta Surabaja, pindah lagi ke Tjahaja Timoer.

Bersama Raden Panji Soeroso (bekas Menteri Sosial RI) ia menerbitkan Kemadjoean Hindia. Harian ini tidak bertahan lama, lalu ia ikut ke Sin Po. Tidak lama pula ia pindah lagi ke Soeara Publiek. Akhirnya ia ditarik kembali oleh Pewarta Surabaja. Disini ia bertahan cukup lama, yakni dari tahun 1926-1942.

Ketika Jepang memasuki Indonesia, ia bekerja pada Domei Surabaya. Ketika berada di Domei inilah ia sempat berkenalan dengan Adam Malik yang waktu itu juga bekerja di Domei Pusat Jakarta.

Pada tahun 1945 bersama Bung Tomo ia mendirikan Kantor Berita Indonesia yang kemudian digabungkan dengan Antara Pusat Jakarta.

Terakhir Bintarti tercatat sebagai wartawan Surabaya Post. Sampai pensiun pun ia masih tetap setia mengirimkan tulisan-tulisannya ke sana terutama cerita wayang.