Sumarto Frans Mendur
Fotografer yang mengabadikan proklamasi kemerdekaan Indonesia bersama dengan saudaranya Alex Impurung Mendur. Sumarto Frans Mendur lahir dengan nama Frans Mendur di tanah kawangkoan, Minahasa, Sulawesi Utara pada tahun 1913.Pada usia 14 tahun Frans Mendur ia pergi merantau ke Pulau Jawa dan sampai di Surabaya hingga kemudian bertemu dengan seorang keluarga Jawa bernama Bapak Suma yang kemudian mengangkatnya sebagai anak dengan menambahkan nama Sumarto di depan namanya menjadi Sumarto Frans Mendur. Pengaruh keluarga Jawa ini sangat mempengaruhi kehidupan dan pandangan hidup Sumarto Frans Mendur kelak di kemudian hari.
Ia merupakan adik dari Alex Impurung Mendur yang juga seorang fotografer dan terjun lebih dulu di bidang jurnalistik. Sang kakak yang merupakan seorang wartawan Java Bode banyak mengajari Sumarto Frans Mendur teknik-teknik fotografi dan jurnalistik. Hingga pada akhirnya Sumarto Frans Mendur mengikuti jejak kakaknya sebagai wartawan foto.
Sebelum menekuni fotografi jurnalistik pada usia 22 tahun Sumarto Frans Mendur bekerja sebagai juru tulis di kantor Departement van Burgenlijke Openbare Werken (merupakan cikal bakal Departemen Pekerjaan Umum), beliau juga pernah menjadi pimpinan Serikat Buruh Perusahaan Percetakaan ”De Unie”. Perusahaan percetakan tersebut berhasil direbut dan dijadikan alat perjuangan bangsa Indonesia dalam bidang penerangan yang selanjutnya menerbitkan ”Asia Raya” dan pada Sepetember 1945 dan berganti nama menjadi” Harian Merdeka”.
Pada saat proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 dibacakan di Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta, Sumarto Frans Mendur dan Alex Impurung Mendur berhasil mengabadikan peristiwa sejarah tersebur melalui kamera Lecra miliknya. Sesaat setelah peristiwa tersebut tentara Jepang melakukan razia agar berita Proklamasi Indonesia tidak tersebar ke luar negeri. Saat Razia tersebut kamera dan negative film milik Alex Impurung Mendur berhasil dirampas oleh tentara Jepang. Beruntung roll negative film milik Sumarto Frans Mendur berhasil diselamatkan. Tiga buah roll negative film milik Frans Sumarto Mendur diselamatkan oleh Djamilah (istri Sumarto Frans Mendur) di kebun pisang belakang rumahnya di daerah Petojo dengan memasukkannya dalam karung goni dan kaleng minyak tanah kemudian menguburnya dan menymarkannya dengan menanam pohon pisang di atasnya. Selang enam bulan setelahnya, melalui Harian Merdeka, tiga buah foto proklamasi kemerdekaan Indonesia dipublikasikan untuk pertama kali tepatnya pada edisi tanggal 17 Februari 1946.
Pada tangal 2 Oktober 1946 Sumarto Frans Mendur, Alex Impurung Mendur, Justus Umbas, Frans “Nyong”Umbas, Alex Mamusungdan Oscar Ganda mendirikan kantor berita IPPHOS (Indonesian Press Photo Service) yang merupakan kantor berita independen pertama di Indonesia. Sumarto Frans Mendur juga berperan langsung dalam pergerakan kemerdekaan diantaranya dengan memimpin Barisan Pelopor dan para pemuda di daerah Petojo Jakarta untuk melucuti senjata-senjata dari tangan perorangan tentara pendudukan Jepang menjelang dilangsungkannya ”Rapat Raksasa 19 September 1945” di Lapangan Ikada Jakarta. Selain itu pada tahun 1946 beliau memimpin Front Laskar Rakyat Jakarta Raya di Yogyakarta, serta menjadi Ketua Umum Badan Perjuangan Kebaktian Rakyat Indonesia Sulawesi (KRIS). Beliau turut serta dalam gerilya di seluruh front Jawa bersama Jenderal Soedirman. (Rahayu Trisnaningsih)