Fuad Muhammad Syafruddin atau yang lebih dikenal dengan wartawan Udin adalah seorang wartawan Harian Bernas Jogja. Diduga karena tulisannya yang terlampau kritis kepada kebijakan pemerintah Bantul saat itu mengakibatkan penganiayaan terhadap dirinya sehingga mengakibatkan meninggalnya wartawan Udin. Sejarah mencatat Udin merupakan salah satu seorang korban kekerasan terhadap wartawan ditahun 1996 dan sampai saat ini kasusnya belum terungkap dan masih misterius. Berikut ini wawancara dengan Luqman Ibrahim salah satu tim hunting koleksi Benda Peninggalan Wartawan Udin sampai akhirnya diserahkan pihak keluarga kepada Monumen Pers Nasional.
Bagaimana proses awal hunting ini?
Awalnya saya searching di internet mengenai wartawan senior atau wartawan yang pernah tercatat dalam sejarah pers Indonesia.
Kenapa Anda memilih Wartawan Udin?
Sebenarnya ada beberapa nama lain seperti Rosihan Anwar, Muhammad TWH, BM Diah dll. Saya pikir wartawan Udin punya kisah tersendiri di kalangan insan pers dan masyarakat Indonesia mengenai kasusnya yang hampir 17 tahun tidak terungkap. Selain itu lokasinya yang tidak terlalu jauh dari Monumen Pers Nasional juga jadi pertimbangan berikutnya.
Bagaimana Anda bisa kontak dengan keluarga Wartawan Udin?
Saya cari berbagai artikel dan berita mengenai wartawan Udin di internet dengan harapan saya dapat nomor kontak atau alamat keluarga beliau tapi tidak saya temukan. Hanya nama dua orang keluarga yang saya temukan yakni Marsiyem istri beliau dan Zulkarnaen Wikanjaya putra beliau.
Siapa yang pertama Anda kontak?
Putra beliau, Zulkarnaen Wikanjaya atau Wikan.
Bagaimana Anda bisa komunikasi dengan Wikan?
Saya pikir pada jaman sekarang hampir semua anak muda punya akun jejaring sosial jadi dari sana saya mulai kirim pesan ke Wikan.
Pesan apa yang Anda kirim ke Wikan?
Ya perkenalan, kemudian kami sampaikan maksud kami untuk meminta benda peninggalan Wartawan Udin.
Apa tanggapan Wikan?
Tidak ada tanggapan sampai beberapa hari.
Lalu?
Saya buka-buka foto yang ada dijejaring sosial miliknya, ada foto Wartawan udin dan anak-anaknya. Dan Alhamdulillah saya temukan nomor hanphone Wikan dari iklan yang dia pasang.
Iklan apa?
Dia mengiklankan hp-nya untuk dijual dan nomor hp-nya jadi contact person bagi yang berminat. Dari sinilah saya mulai berkomunikasi.
Dapat respon?
Alhamdulillah Wikan menyambut baik walaupun awalnya dia bingung benda peninggalan apa yang dimaksud.
Lalu apa yang Anda katakan?
Saya katakan benda apa saja milik wartawan Udin misalnya mesin ketik, kamera ataupun baju.
Apa jawaban Wikan?
Kalau baju sudah tidak ada, kalau kamera tinggal satu tapi dia harus bilang ibunya dulu.
Berapa hari Anda menunggu ijin dari ibunya?
Hanya satu hari. Dan ibunya mengijinkan kamera tersebut untuk dibawa ke Monumen Pers Nasional. Kami dipersilahkan mengambilnya ke Bantul. Wikan memberi alamat lengkap rumahnya.
Setelah itu apa yang Anda lakukan?
Saya koordinasi dengan atasan dan diijinkan untuk pergi ke Bantul.
Berapa orang yang pergi kesana?
Setelah dapat ijin saya meminta dua orang untuk ikut bersama saya.
Kapan Anda dan teman pergi kesana?
Kami kesana Selasa, 15 Januari 2013. Sampai disana kurang lebih pukul 18.00 wib.
Apa yang terjadi setelah sampai?
Alhamdulillah kami disambut baik oleh Ibu Marsiyem dan Wikan dikediaman yang juga tempat usaha Studio Foto. Kemudian kami melakukan wawancara kepada Ibu Marsiyem terkait sejarah kamera yang akan diberikan dan kejadian yang menimpa Wartawan Udin sembari beberapa kali Ibu Marsiyem menahan air matanya ketika menceritakan kejadian tragis itu.
Apakah ceritanya sama dengan yang dimuat dibeberapa artikel diinternet?
Secara garis besar sama karena beliau tidak bercerita secara detail, tapi mengenai pembelokan kasus beliau sangat yakin itu terjadi. Karena sebelum kejadian menurut beliau, terjadi beberapa kejadian yang mengarah pada motif pembunuhan yang sebenarnya.
Kejadian apa misalnya?
Menurut beliau pernah suatu hari rumah kontrakannya didatangi beberapa orang sampai beliau, almarhum dan anak-anaknya tidak berani masuk rumah menunggu orang-orang tersebut pergi. Pernah juga almarhum dipanggil ke Koramil dan peristiwa lainnya yang menurut Ibu Marsiyem janggal. Tetapi Almarhum tidak pernah bercerita kepada Ibu Marsiyem tentang apa yang sebernarnya terjadi.
Apa Ibu Marsiyem masih ingin menempuh jalur hukum?
Beliau mengatakan sudah pasrah, sebab ketika dipanggil untuk memberikan kesaksian beliau selalu diberi pertanyaan-pertanyaan yang berusaha membelokkan motif pembunuhan.
Selain kamera benda apalagi yang diserahkan kepada Monumen Pers Nasional?
Selain kamera, ada tas pinggang kamera.
Apa yang terakhir Ibu Marsiyem sampaikan kepada Anda dan teman-teman?
Beliau mengucapkan terima kasih dan akan memberikan informasi jika masih ada benda-benda peninggalan wartawan Udin lainnya. (Ety Kurniasih)