Monumen Pers memiliki beberapa koleksi koran Suara Ra’jat, diantaranya yang terbit pada tanggal 1 April 1919 yang menggunakan bahasa Melayu. Koran ini adalah koran pergerakan kaum sosialis yaitu Indische Sociaal-Democratische Vereeniging (ISDV) jika diterjemahkan adalah Persatuan Sosial Demokrat Hindia Belanda dengan redakturnya Darsono dan J.C. Stam. Pada halaman pertama terdapat judul “Chijanat” atau khianat didalamnya berisi tentang kekejaman kapitalisme terhadap kaum lemah sehingga bisa menimbulkan khianat terhadap negrinya sendiri. Saat ini negeri Hindia Belanda kekurangan beras dan banyak yang mati kelaparan. ISDV bersama SI (Sarekat Islam) menuntut untuk mengurangi tanaman tebu sebesar 50% dan diganti dengan tanaman padi. Awalnya tuntutan ini tidak disetujui, namun akhirnya dengan terpaksa disetujui pemerintah Belanda karena melihat banyaknya orang yang mati kelaparan.
Pada halaman berikutnya adalah pukulan besar bagi kaum ISDV dari pihak pemerintah dan kaum kapitalis. Sneevliet sebagai pendiri ISDV telah terbuang, dan Darsono dianggap sebagai seorang penjahat besar. Semaoen, Dekker, Vitalis Hulswit dan Marco terancam masuk penjara. Akan tetapi semua itu tidak mematahkan semangat kaum sosialis yang kemudian mengajak para pembaca untuk beramai-ramai angkat senjata melawan musuh.
Dalam persidangan Volksraad tanggal 21 Februari 1919, Bapak Tjokroaminoto dari SI berpidato tentang bangsa Tionghoa yang menaik-naikkan harga beras hanya karena melihat keuntungannya saja tanpa perduli orang lain kelaparan dengan mahalnya harga beras. Hal ini didukung pula dengan kendornya penjagaan polisi sehingga para pedagang beras itu bisa berbuat dengan leluasa. Hal inilah yang menimbulkan huru hara disana sini.
Prof. Dr. C. Snouch Hurgronje seorang ulama besar tentang ilmu Islam dan ilmu keadaan tanah Hindia memberikan saran tentang kerusuhan di Jambi atas permintaan Pemerintah Agoeng di Netherland. Dikatakan bahwa tanah Hindia Belanda ini sangatlah jelek di mata dunia. Seorang pemerintah Amerika bercerita bahwa kekayaan negeri Netherland (Belanda) berasal dari pulau-pulau Hindia Timur dimana penduduknya telah diperbudak oleh Belanda. Seperti dalam persidangan yang diadakan pada bulan November 1918, tuan Van der Jagt, Asisten Resident Kebumen telah mengeluarkan perkataan-perkataan yang menghina dan mencela kaum Bumiputera Jawa, diantaranya yaitu :
- Bestuur (Dewan) bangsa Eropa harus dihormati seperti malaikat.
- Bestuur (Dewan) bangsa Bumiputera dihormati oleh rakyat seperti raja kecil tetapi meringkuh seperti budak pada Bestuur Eropa.
- Rakyat Bumiputera hanya mengurus perkukutnya saja, merangkak seperti kodok, menyembah pada ndoro priyayinya, mengkurep takut pada Belanda seperti takut kepada Tuhannya.
- Atas ketiga golongan tersebut, maka meraja lah si kapitalis, sehingga Bestuur Eropa bisa memerintah pada Betuur Bumiputera dengan keras menampar, menendang, menyambuk si Kromo sampai merengkuk-rengkuk buat kerja keras.
- Keempat golongan itu mengelabui kaum kromo agar rakyat merasakan nasibnya terurus oleh mereka. Kaum Kromo walaupun perut lapar, kantong kosong harus sabar dan tawakal, kendatipun buka mulut tidak akan ada yang percaya, karena Bestuur Eropa dianggap adil, Bestuur Bumiputera tetap sayang, kaum kapitalis juga dianggap dermawan dan kasihan pada Bumiputera.
Demikian sekilas berita dari koran Soeara Ra’jat yang terbit pada tanggal 1 April 1919. Untuk Edisi yang lain dari koran ini bisa dibaca pada layanan Epaper Monumen Pers Nasional.
Penulis : Eti Kurniasih