Text
LITERARY JOURNALISM : Jurnalistik Sastrawi
Jurnalis era the new media dituntun menjadi knowledge worker, sebagimana tuntutan pada dunia industri maju lain. Dengan demikian, posisi tawarnya makin tinggi dan profesi yang digelutinya menjanjikan ditilik dari status sosial dan segi finansial. Namun, bagaimana menghasilkan jurnalis masa depan yang bukan saja terampil menulis (logic smart)? Bagaimana mengemas isi (content) media cetak sehingga dapat bersaing dengan media elektronika yang jauh lebih cepat dan luas dari segi penyampaian?
Di Amerika Serikat, awal 1970-an, ketika tayangan TV dan media elektronika gencar menyerang keberadaan media cetak, tantangan ini dijawab Tom Wolfe. Wolfe mengenalkan genre baru penulisan media cetak saat itu yang kemudian populer dengan nama “New Journalism”, yakni fakta, data, informasi, dan wawancara yang dikumpulkan serta ditulis menggunakan elemen-elemen dan kaidah-kaidah sastra.
Di Indonesia, jurnalistik sastrawi dikenalkan dan dipraktikkan majalah Tempo tahun 1970-an. Meski sudah lewat empat decade, aliran jurnalistik tersebut belakangan ini baru booming di negara kita. Belum ada buku khusus yang mengupasnya. Inilah buku pertama yang secara akademik membahas jurnalistik sastra, menggabungkan word smart dan logic smart. Memenuhi bukan saja kebutuhan akademis, melainkan juga praktisi dan pekerja media.
B012190-mpn | 070.4 Put l.c1 | RUANG PERPUSTAKAAN | Tersedia |
B012191-mpn | 070.4 Put l.c2 | RUANG PERPUSTAKAAN | Tersedia |
B012192-mpn | 070.4 Put l.c3 | RUANG PERPUSTAKAAN | Tersedia |
B012193-mpn | 070.4 Put l.c4 | RUANG PERPUSTAKAAN | Tersedia |
B012194-mpn | 070.4 Put l.c5 | RUANG PERPUSTAKAAN | Tersedia |
B012195-mpn | 070.4 Put l.c6 | RUANG PERPUSTAKAAN | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain