Raden Dewi Sartika dilansir dari Majalah Tjaja Hindia 1913

Majalah Tjaja Hindia yang terbit tahun 1913 merupakan salah satu koleksi tertua yang dimiliki oleh Monumen Pers Nasional. Dalam majalah ini terdapat artikel yang mengisahkan tentang Raden Dewi Sartika sebagai perintis dari sebuah Perhimpunan Keutamaan Istri di Bandung. Tujuan dari berdirinya perhimpunan ini yaitu karena keinginan (Dewi Sartika) atau upaya untuk memperbaiki dan memuliakan perempuan dengan memberikan edukasi bagi anak perempuan dari bangsa bumi putera (pribumi), sehingga bisa menjadi pandai dan terangkat derajatnya serta memiliki harga diri yang tinggi dihadapan laki-laki.

Awalnya, Raden Dewi Sartika berusaha sendiri untuk memajukan kaum perempuan seperti yang dicita-citakan, namun semenjak bulan Januari 1904 berkat pertolongan Inspektur C Den  Hamer yang bermufakat dengan Bupati Bandung saat itu yang bernama R.A Aria Martanegara, akhirnya memutuskan untuk mendirikan sekolah bagi anak-anak perempuan. Pada saat itu murid dari sekolah yang barusan dibentuk tersebut hanya berjumlah 60 orang dengan Raden Dewi Sartika sebagai gurunya yang ditunjuk oleh Inspektur C De Hamer.

Bertahun-tahun berlalu, apa yang dilakukan Raden Dewi Sartika tidaklah berjalan mulus, beliau mendapat sindiran dan celaan oleh orang-orang yang tidak menyukainya. Dengan semangat pantang menyerah, beliau terus mengajar dengan niat yang tulus dan suci. Pada akhirnya pada bulan Desember 1910 atas usaha Inspektur J.C.J Van Bemmel yang mendukung cita-cita Dewi Sartika, didirikanlah Perhimpunan Keutamaan Istri pada saat itu.

Materi yang diajarkan di sekolah ini meliputi ketrampilan menjahit, merenda, membuat bunga-bunga dari lilin, mengukir dan memasak ala pribumi maupun memasak ala eropa. Dari sini bisa diketahui bahwa tujuan dari sekolah yang diajarkan oleh Raden Dewi Sartika mirip dengan yang diajarkan oleh Raden Ajeng Kartini yang menghendaki apa yang diberikan disekolah perempuan tidak hanya pelajaran sekolah saja, tapi perlu juga diajarkan tentang pelajaran ketrampilan tangan seperti, menjahit, memasak, dan lain-lain. Raden Dewi Sartika sangat bangga ketika muridnya Siti Zoebidah telah lulus dari sekolahnya dan menjadi guru bagi anak-anak perempuan di Fort De Kock. Dari sini bisa dilihat bahwa usaha Raden Dewi Sartika tidaklah sia-sia dan betapa besarnya jasa beliau untuk turut membantu mengangkat derajat perempuan kaum pribumi. (Eti Kurniasih)