Masa penjajahan Jepang di Indonesia (1942-1945) merupakan periode yang penting dalam sejarah Indonesia. Jepang melancarkan pendudukan militer atas Indonesia pada tahun 1942 ketika Perang Dunia II melawan Sekutu yang dipimpin Amerika Serikat dan Inggris. Pada awal pendudukannya, Jepang menunjukkan tindakan-tindakan yang sangat baik. Jepang makin disenangi karena mengijinkan dikibarkannya Sang Merah Putih, dan dikumandangkannya lagu kebangsaan Indonesia Raya. Masyarakat juga diperbolehkan menggunakan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karenanya rakyat Indonesia berpandangan bahwa sebentar lagi Indonesia akan merdeka. Pihak Jepang sangat giat dan teratur melakukan usaha-usaha penerangan sampai ke pelosok-pelosok desa. Sikap baik pemerintah Jepang ini tidak berlangsung lama, Jenderal Imamura sebagai penguasa tertinggi pemerintahan bala tentara Jepang di Jawa mulai mengubah politik lunaknya dengan mengeluarkan maklumat tertanggal 20 Maret 1942 yang melarang segala pembicaraan, pergerakan, anjuran atau propaganda serta melarang pengibaran sang Saka Merah Putih dan menyanyikan lagu Indonesia Raya yang sebelumnya diizinkan. (Utomo, 1995:200). Atas keputusuan ini maka segala bentuk kegiatan politik termasuk perkumpulan dan organisasi politik dibekukan oleh Jepang. Sebagai gantinya pihak Jepang membentuk organisasi-organisasi baru untuk kepentingan Jepang dalam memobilisasi rakyat.
Djawa Baroe adalah majalah buatan pemerintah Jepang di Indonesia semasa Perang Dunia II dalam rangka untuk mendukung Jepang saat perang melawan sekutu. Berita yang disampaikan memberikan porsi yang cukup besar tentang perang Asia Timur Raya dan cenderung memunculkan motif dan kepentingan ideologi tertentu. Majalah ini terbit dua minggu sekali, setiap tanggal 1 dan 15. Isi dari majalah tersebut cukup beragam meliputi bidang politik, sosial, ekonomi, sastra dan lain-lain. Sebagian besar berkaitan dengan aktifitas orang Jepang maupun pribumi Indonesia.
Nama zaman dan tahun Jepang berdasarkan kalender Jimmu banyak digunakan dari jaman Meiji hingga Perang Dunia II berakhir pada tahun 1945. Tahun-tahun tersebut seperti 2602 yang sama artinya dengan tahun 1942 tahun Masehi. Pembacanya tidak hanya untuk bangsa Indonesia, tetapi juga untuk bangsa Jepang. Hal itu terlihat dari adanya aksara Jepang (Katakana) disetiap halaman majalah ini. Di dalam majalah ini banyak sekali memuat gambar berupa foto yang digunakan untuk kepentingan propaganda Jepang, hal ini karena foto dianggap mewakili sebuah berita atau objek secara nyata.
Pada awalnya tema-tema yang hadir pada majalah Djawa Baroe ini adalah tentang gagasan bersama di Asia Timur Raya, pengerahan romusha, hiburan untuk prajurit Jepang dan pengorbanan menyumbang pendapatan pertunjukan untuk organisasi militer Jepang. Dari tahun 1944-1945 tema propaganda lebih ditekankan pada masalah pembelaan tanah air, peningkatan produksi pertanian, semangat perang dan janji kemerdekaan.
Contoh tulisan berita dalam majalah Djawa Baroe antara lain berjudul “ Kita Pasti Membela Tanah Air “ edisi 12, tahun 2604.6.15. Dalam berita tersebut dipaparkan bahwa pertahanan jawa harus dibela secara habis-habisan, dan pemuda-pemuda diseluruh Jawa disamping bekerja memperbanyak produksi, mereka harus pula mengasah kecakapan bertempur dalam latihan bersama balatentara Jepang. Contoh lain berita mengenai gambaran akan keburukan barat oleh pihak Jepang yang diberitakan oleh majalah Djawa Baroe terdapat dalam tulisan yang berjudul “ Kapal Pengangkoet Moesoeh Ditenggelamkan” Edisi 12, Tahun 2604.6.15. Dalam tulisan ini dikatakan bahwa musuh diberi kerugian besar oleh balatentara Jepang, serta bagaimana Amerika tidak memiliki tujuan perang yang pasti dalam peperangan. Berita yang tertuang dalam edisi 19. Tahun 2014.10.1 berita tentang romusha yang isinya sebagai berikut : “Begitoe joega 500 romusha soeka rela dari Djawa Hoko Kai jang terdiri dari para pegawai tinggi dan pertengahan dengan toean Ir. Soekarno sebagai pemimpinnja telah bekerdja soeka rela seminggoe lamanya disalah soeatoe tempat pekerdjaan oemoem jang sangat penting dalam “Pekan perdjoeangan mati-matian”, telah mengalirkan peloehnja jang soetji bersama-sama dengan romusha biasa.” Berita tersebut menujukkan, melalui pemimpinnya yaitu Ir. Soekarno, rakyat Indonesia diwajibkan untuk mendukung pemerintah Jepang secara total, mengerjakannya dengan hati yang teguh dan niat yang suci untuk mengabdikan diri kepada pemerintah Jepang.
Berita-berita dalam majalah Djawa Baroe diatas dapat dikatakan bermuatan propaganda, seperti yang dikatakan oleh Mc Quail bahwa media massa dianggap sebagai hal yang esensial bagi propaganda perang yang sukses karena mereka satu-satunya saluran yang dijamin dapat menjangkau publik keseluruhan dan memiliki kelebihan (dalam masyarakat terbuka), yaitu dianggap dapat dipercaya. Tuntutan publik akan berita sangatlah tinggi. Berita perang memenuhi semua nilai berita yang signifikan (Mc Quail: 2010:298-299).
Media massa memiliki peran dimana salah satunya ialah mempengaruhi pandangan masyarakat dalam pembentukan opini publik dan menjadi alat yang efektif dalam melancarkan propaganda. Peperangan adalah masa-masa yang penuh tekanan, yang kemudian dimanfaatkan mempengaruhi dan mengontrol opini masyarakat melalui media massa untuk menakuti musuh dan menciptakan loyalitas kepada rakyat untuk mendukung kebijakan penguasa tersebut. (Eti Kurniasih, S.S)