Mulai tanggal 1 September 2013 Museum Radya Pustaka Solo terpaksa menutup layanan kunjungan wisatawan selama 3 bulan kedepan. Hal ini dilakukan terkait pembangunan dan revitalisasi bangunan Museum Radya Pustaka yang diperkirakan akan selesai bulan Desember mendatang.
Dalam acara wilujengan (selamatan) revitalisasi Museum Radya Pustaka hari Rabu (04/09), Kepala Dinas Tata Ruang Kota Surakarta Endang Sitaresmi mengungkapkan bahwa museum yang berdiri sejak 28 Oktober 1890 tersebut akan direvitalisasi dengan biaya lebih dari 2 miliar rupiah yang diambil dari dana APBN Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Sementara itu Ketua Komite Museum Radya Pustaka Purnomo Subagyo mengatakan museum sudah semestinya direvitalisasi, karena terjadi pengelupasan cat dan dinding sehingga tampak kusam. Selain itu untuk memaksimalkan pemanfaatan bangunan, bagian belakang museum akan digunakan untuk kantor pengelola museum, perpustakaan dan ruang pertemuan.
“Sebagai tindak lanjut dari revitalisasi ini, nantinya konsep Museum Radya Pustaka akan kita rancang sesuai periodesasinya,” jelasnya.
Proses revitalisasi dimulai dari bagian depan museum, berlanjut ke bagian tengah kemudian bagian belakang. Tahap yang paling sulit adalah inventarisasi benda-benda koleksi. Saat ini, seluruh koleksi museum mulai dikemas untuk disimpan sebelum renovasi bangunan dimulai.
Menurut Sunjoto, Wakil Ketua Komite Radya Pustaka, proses penyimpanan membutuhkan waktu lebih lama dibanding renovasi gedung. Seluruh koleksi yang dipindahkan harus diinventariasi dan proses pemindahan setiap koleksi juga harus didokumentasikan. Benda-benda koleksi tersebut usianya sangat tua dan rapuh, harus berhati-hati saat diangkat dan dipindahkan agar tidak rusak. Terutama untuk benda pusaka seperti keris, sebelum dipindahkan harus digelar ritual khusus terlebih dahulu.
Selain itu, karena bangunan museum termasuk kategori Bangunan Cagar Budaya, maka proses renovasi Museum Radya Pustaka tersebut juga melibatkan pengawasan dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah agar nilai-nilai bangunan cagar budaya tetap terjaga. (Arnain Dian Agustin)