Workshop Museology : Ajang Diskusi Melestarikan Museum

“New acquisitions are the lifeblood of the museum”. Koleksi baru adalah nyawa bagi sebuah museum. Begitu yang diungkapkan Sektiadi dalam acara Workshop Museologi “Contemporary Collecting” yang diadakan Program Studi Pascasarjana Arkeologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta bekerjasama dengan Museum Tropen Belanda, Selasa-Rabu (26-27/3/2013) di Ruang Sidang Pimpinan FIB UGM.

            Workshop  diikuti 12 peserta yang terdiri dari mahasiswa S2 Kajian Museum dan perwakilan museum dari Yogyakarta dan Solo diantara dari Monumen Pers Nasional. Pembicara dalam workshop ini adalah Sektiadi, salah seorang dosen Program Studi Pascasarjana Kajian Museum yang memaparkan tentang apa dan bagaimana mengkoleksi benda-benda museum yang bersifat kontemporer. Selain itu hadir pula salah seorang Kurator Museum Tropen Belanda, Ben Meulenbeld sebagai konsultan ahli .

            Dalam pemaparannya, Sektiadi mengungkapkan bahwa benda koleksi baru sangat penting bagi museum karena berperan dalam kelangsungan museum itu sendiri. “Jangan sampai terjadi hal-hal seperti memuseumkan museum,” ungkapnya.

Peserta Workshop Berdiskusi Dengan Kurator Tropen Museum,  Salah Satu Museum di Belanda
Peserta Workshop Berdiskusi Dengan Kurator Tropen Museum,
Salah Satu Museum di Belanda

Menurutnya yang dimaksud dengan benda kontemporer adalah benda yang bukan berasal dari masa lalu, namun benda sekarang yang mempunyai atau berhubungan dengan masa lalu. Ada beberapa tujuan dari mengkoleksi benda kontemporer, salah satunya adalah untuk memberikan manfaat bagi masyarakat di masa depan.

            Dalam workshop ini muncul pula  ide dan gagasan bagaimana melestarikan keberadaan dan kelangsungan ‘hidup’ sebuah museum. Museum hendaknya harus terus menambah koleksi baru yang bisa diperoleh dengan beberapa alternatif cara. Diantaranya membeli, meminjam dan menerima donasi. Dalam mengkoleksi benda-benda, museum hendaknya mempunyai ‘collection policy’ atau kebijakan pengkoleksian. Kebijakan tersebut mencakup apa, dimana, bagaimana, kenapa dan kapan. Apa yang akan museum koleksi, dimana mendapatkannya, bagaimana mendapatkannya, kenapa mengkoleksi benda tersebut dan kapan sebaiknya benda koleksi tidak lagi dipajang.

            Workshop yang berlangsung selama dua hari ini selain memberikan teori-teori tentang pengkoleksian benda kontemporer juga memberikan pelatihan kepada peserta untuk mempresentasikan benda yang layak untuk dikoleksi sebuah museum. Beragam ide muncul, diantaranya mengkoleksi iklan baik cetak maupun elektronik, suvenir pernikahan, fashion dalam pernikahan tradisional dan benda yang dipakai dalam dunia pendidikan di Indonesia. Sebagai penutup, Sektiadi mengatakan bahwa museum hendaknya juga  selalu  terus berinteraksi dengan masyarakat agar masyarakat dapat memperoleh manfaat dari museum .    ( Eti Kurniasih )

Message Us on WhatsApp