Ada yang terlihat berbeda di Gedung Induk Monumen Pers Nasional pada Rabu pagi (20/6/2012) kemarin. Di gedung yang merupakan bangunan cagar budaya ini puluhan remaja putra dan putri terlihat mondar-mandir mengamati benda-benda yang dipajang di beberapa sudut ruangan gedung. Mereka adalah siswa-siswi SMA/SMK/MA berprestasi perwakilan dari DIY, Jawa Tengah dan Jawa Timur yang mengikuti kegiatan Lawatan Sejarah Regional. Kegiatan ini diadakan oleh Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta.
Kegiatan yang diadakan tanggal 18-21 Juni 2012 ini mengambil tema Lawatan Sejarah Sebagai Wahana Integrasi Bangsa, dengan subtema Peranan PHB (Perhubungan) pada Masa Perang Kemerdekaan. Dalam kegiatan ini peserta mengunjungi tempat-tempat peninggalan bersejarah di Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Untuk Daerah Istimewa Yogayakarta mereka mengunjungi Monumen Radio PHB PC-2 di Banaran Playen Gunung Kidul dan Museum Sandi Negara. Di Provinsi Jawa Tengah peserta mengunjungi Museum Kereta Api Ambarawa dan Monumen Pers Nasional Surakarta. Sedangkan di Provinsi Jawa Timur peserta mengunjungi PT PAL dan Museum Jalesveva Jayamahe.
Maksud dan tujuan Lawatan Sejarah Regional tersebut adalah untuk memperkenalkan objek-obyek peninggalan sejarah guna menumbuhkan sikap gemar melestarikan, melindungi, dan memelihara peninggalan sejarah yang masih ada, meningkatkan wawasan kesejarahan kepada generasi muda supaya mencintai dan memahami sejarah bangsanya serta membuka cakrawala yang luas kepada generasi muda tentang pluralistik bangsa Indonesia dan simpul-simpul yang merajut keberagaman dan memperkuat integrasi bangsa. Selain itu dapat mengenalkan dan mempraktekkan pembelajaran sejarah yang edukatif, inspiratif dan rekreatif.
Kunjungan ke Monumen Pers Nasional adalah salah satu agenda kegiatan yang dilakukan pada hari ketiga. Rombongan yang terdiri dari 90 orang ini tiba pukul 08.30 WIB dan disambut oleh Humas MPN, Listyawati serta Kepala Seksi Pelayanan Informasi, Tri Wibawani Marianingsih Rombongan dipimpin langsung oleh Kepala Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta, Christriyati Ariani. Dalam keterangannya, Christriyati mengatakan peranan pers sangat penting pada masa kemerdekaan. Oleh karena itu mengunjungi Monumen Pers Nasional menjadi salah satu agenda dalam kegiatan ini karena disini tersimpan berbagai peninggalan bersejarah terkait pers yang sangat penting dalam perjuangan kemerdekaan maupun perkembangan bangsa Indonesia. Diharapkan kunjungan ini dapat membuka wawasan peserta tentang peranan pers pada masa kemerdekaan dalam menyebarkan informasi.
Di Monumen Pers Nasional peserta diajak untuk melihat video profil yang menjelaskan tentang Monumen Pers Nasional. Setelah melihat video profil peserta melakukan diskusi dan tanya jawab. Dalam diskusi itu beberapa peserta mengajukan pertanyaan seputar sejarah yang berkaitan dengan pers pada masa perjuangan maupun Monumen Pers Nasional sendiri. Salah satu peserta, Diana, bertanya mengenai bagaimana MPN mempromosikan kegiatan seperti pameran tematis pada masyarakat. Listyawati selaku Humas MPN menjelaskan untuk pameran tematis MPN bekerjasama dengan Dinas Pendidikan dan Olahraga (Dikpora). Selain itu juga melalui website MPN yang terus meng-update berita kegiatan di MPN.
Peserta lain, Anggoro yang berasal dari SMA N 1 Prambanan, bertanya mengenai berdirinya Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Dijelaskan bahwa PWI berdiri pada 9 Februari 1946 di Kota Solo. Pada saat itu ketika ibukota Indonesia berada di Yogyakarta wartawan dari seluruh Indonesia berkumpul di Solo untuk membentuk wadah para wartawan dalam sebuah organisasi yaitu Persatuan Wartawan Indonesia. Sebelum lahir PWI memang telah ada organisasi persatuan wartawan yang dinamakan PERDI (Persatoean Joernalis Indonesia ) tetapi keanggotaannya belum merata di seluruh Indonesia.
Setelah sesi diskusi dan tanya jawab, acara dilanjutkan dengan berkeliling melihat koleksi MPN yang dipandu oleh staf Seksi Pelayanan Informasi MPN, Tri Octory Rustiana. Dimulai dari melihat koleksi benda pers bersejarah di Gedung Induk dan Balai Budaya. Kemudian peserta melihat ruang hasil digitalisasi media cetak dan dokumentasi bukti terbit media. Peserta terlihat antusias bertanya dan mendengarkan penjelasan yang diberikan oleh pemandu.
Kegiatan ini tidak hanya diikuti siswa-siswi saja namun juga guru SMA/SMK/MA perwakilan dari DIY, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Menurut Ketua Panitia Lawatan Sejarah Regional, Tugas Tri Wahyono, dari setiap provinsi akan dipilih siswa atau guru untuk mengikuti kegiatan ini. Sebagian dari siswa tersebut adalah siswa berprestasi yang menjadi anggota KIR (Karya Ilmiah Remaja) dan ada pula yang diseleksi melalui daerah masing-masing. Kemudian nantinya dari seluruh peserta akan dipilah 3 siswa untuk mengikuti Lawatan Sejarah Nasional yang rencananya akan dilaksanakan di Jambi. (Arnain Dian Agustin)