Monpers Gelar Seminar Nasional dengan Universitas Pasundan Bandung “Nilai-nilai dan Budaya Media, Dalam Masyarakat Kontenporer”, Banjirnya Informasi Media Yang Menyesatkan

seminar-bandung
Kepala Monumen Pers Nasional Drs. Suminto Yuliarso menyampaikan laporan kegiatan

Bandung, 27/9-2016. Monumen Pers Nasional Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, mengandeng untuk bekerjasama dengan  Program Magister Ilmu Komunikasi Pascasarjana Universitas Pasundan Bandung dalam rangka mengadakan  acara Seminar Nasional: “Nilai-nilai dan Budaya Media, Dalam Masyarakat Kontenporer”, yang diselenggarakan pada: Hari/tanggal : Selasa, 27 September 2016 Waktu Pk. 09.00 – s/d selesai  bertempatHotel New Naripan, Jl. Naripan  31-35, Bandung. Pembicara  oleh: 1. Staf Ahli Menteri Kominfo Bidang Media Massa Prof. Dr. Drs. Henri Subiakto, SH, MA, 2. Pakar Komunikasi dan Peneliti Media. Dr. Idi Subandy Ibrahim, dan 3. Ridho Esai (Mantan Anggota Dewan Pers, Wartawan Seinor Pikiran Rakyat) dengan Moderator: Dr. Iing Saefuddin. M.Si. (Dosen Program Magister Ilmu Komunikasi Pascasarjana Universitas Pasundan)

Seminar Nasional sehari  diikuti oleh lebih seratusan orang dari civitas akademika  Universitas Pasundan, Universitas Komputer Bandung, Universitas Islam Bandung, universitas Bandung,  organisasi masa, instansi terkait Humas Provinsi Bandung, Dinas Kominfo, Kepala BPPKI Bandung dan wartawan media masa, menampilkan  Staf Ahli Menteri Kominfo Bidang Media Massa Prof. Dr. Drs. Henri Subiakto, SH, MA, mewakili Dirjen Informasi Komunikasi Publik Kominfo yang juga sebagai narasumber  sedang pembicara :  Dr. Idi Subandy Ibrahim, dan Ridho Esai.

Kepala Monumen Pers Nasional Suminto Yuliarso dalam sambutannya mengatakan Monumen Pers Nasional merupakan  tempat bersejarah lahirnya organisasi wartawan, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) yang berkongres pada tanggal 9 Februari 1946. Kemudian sejak tanggal 16 Maret 2011 melalui peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika 06/PER/M.KOMINFO/03/2011. Tentang organisasi dan tata kerja Monumen Pers Nsional adalah Sebagai Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika RI. Monumen Pers Nasional  mempunyai tugas dan fungsi menyelenggarakan kegiatan seminar  dan ini merupakan salahsatu kegiatan rutin yang dilakukan Monumen Pers Nasional Surakarta sebagai pelaksana tugas dan fungsi pelayanan masyarakat dalam rangka pengenalan dan juga bentuk sosialisasi mengenal Monumen Pers lebih dekat lagi. Dalam rangka inilah maka terkait dengan hadirnya arus globalisasi di tengah-tengah masyarakat kita, media telah membawa dampak besar terhadap keberadabam kebudayaan setempat. Tergesernya budaya setempat dari lingkungannya disebabkan oleh kemunculan sebuah kebudayaan baru yang konon katanya lebih atraktif, fleksible dan mudah dipahami sebagai masyarakat dimana dalam pengaktualisasinya telah mendapat dukungan dari penggunaan perangkat yang kini sudah berteknologi tinggi, sehingga dalam penyebarannya begitu cepat dan mengena serta mendapat respon sebagian besar kalangan masyarakat utamanya diperkotaan.

Dalam kesempatan itu Henri Subiakto Staf Ahli Menteri Kominfo Bidang Komunikasi dan Media Masa mengatakan, pihaknya tidak segan-segan menutup atau memblokir media yang menyebarkan fitnah, propaganda radikalisme, dan pelecehan NKRI dan penodaan pancasila, media yang memuat konten pornografi, pelanggaran hak cipta serta SARA. “Kami akan menindakmedia-media tersebut karena melanggar hukum”. Katanya. Menurutnya, tahun lalu saja Kemenkominfo sudah menutup atau memblokir 22 situs yang dinilai radikal. Tujuh media tidak datang untuk mengklarifikasi kabaradaannya ada diluar negeri dan juga terkait dengan ISIS. Henri menghimbau masyarakat agar tidak langsung percaya dengan media yang tidak jelas keberadaanya, media yang tidak punya kantor atau media abal-abal. katanya. Karena banyak sekali media-media online yang tidak jelas.

Pakar Komunikasi dan Peneliti Media dan Budaya Idi Subandy Ibrahim mengatakan media memiliki kontribusi bagi perkembangan budaya intelektual seharusnya media memberikan kesadaran kepada masyarakat atau audence melalui informasi yang mereka sajikan

Demikian juga dengan Ridho Esai Mantan Anggota Dewan Pers dan juga Wartawan Senior Pikiran Rakyat mengatakan pengakses informasi harus menjunjung sikap tidak cepat percaya, untuk mendapatkan air jernih, perlunya filter-filter penyaring  yaitu tabbayyun memilih dan memilah berita untuk mendapatkan informasi yang benar ini bentuk kepedulian kita yang kita perlukan di sosialisasikan terus menerus dan  pemerintah punya tanggung jawab dalam hal tabbayyun kami juga mengucapkan terimakasih kepada Monumen Pers dalam hal ini telah peduli terhadap seminar ini dengan tema “Nilai-nilai dan Budaya Media, Dalam Masyarakat Kontenporer”, dan berita yang   sampah untuk dibuang karena saat ini terjadi banjirnya informasi dalam banjirnya informasi biasanya banyaknya sampah, airnya keruh ibaratnya. Tegasnya. (Yuliarso)

Message Us on WhatsApp