Mahasiswa Sejarah UNS Praktek Kuliah Lapangan di Monumen Pers Nasional

Monumen Pers Nasional yang menyimpan lebih dari satu juta eksemplar bukti terbit media cetak dari seluruh Indonesia sejak sebelum kemerdekaan hingga saat ini memiliki daya tarik tersendiri bagi pelajar, mahasiswa, dan peneliti untuk berkunjung melihat koleksi, mencari informasi, hingga melakukan observasi.

Demikian pula Mahasiswa Jurusan Sejarah Universitas Sebelas Maret Surakarta, Senin (29/10/2012), berkunjung ke Monumen Pers untuk melaksanakan Praktek Kuliah Lapangan (PKL) sebagai pendukung proses belajar mengajar Mata Kuliah Pengantar Ilmu Sejarah, Materi Kegunaan Sumber Sejarah (Surat Kabar) Dalam Ilmu Sejarah dan untuk mendapatkan bekal praktis di lapangan.

Dosen pendamping kunjungan, Yusana Sasanti Dadtun, SS, MHum, mengatakan peserta kunjungan adalah mahasiswa semester satu. Yusana mengungkapkan sejak awal Monumen Pers Nasional diperkenalkan kepada mahasiswa agar kedepannya ketika mereka membutuhkan informasi atau bahan untuk mendukung perkuliahan mereka bisa datang ke Monumen Pers Nasional. “Dengan koleksi media cetak sebanyak ini, mahasiswa tidak perlu khawatir kekurangan bahan,” tuturnya.

Pada kesempatan tersebut, beberapa mahasiswa memanfaatkan kunjungan ke Monumen Pers Nasional dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan terkait pers kepada Humas Monumen Pers Nasional, Listyawati. Diantaranya tentang fungsi pokok pers saat sebelum kemerdekaan, diorama, serta pertanyaan tentang pers sebagai sumber  informasi.


Menanggapi pertanyaan-pertanyaan tersebut, Listyawati menjelaskan bahwa peran pers nasional sebelum kemerdekaan cukup besar. Para pejuang pers mengungkapkan fikiran-fikiran lewat tulisan untuk membakar semangat juang bangsa Indonesia, seperti karikatur di media cetak yang melambangkan kemerdekaan sebagai gunung berapi yang disumbat tapi tetap meletus. Tentang koleksi diorama yang dimiliki Monumen Pers Nasional, Listyawati menjelaskan bahwa diorama-diorama tersebut menggambarkan sejarah pers dan perkembangan informasi komunikasi dari zaman Nabi Nuh hingga era reformasi. Ia
menambahkan sebagai penyedia informasi, Monumen Pers Nasional tidak menutup- nutupi informasi baik positif maupun negatif, apalagi sekarang adalah era keterbukaan informasi. (Tri Octory Rustiana)

Message Us on WhatsApp