Tirto Adhi Soerjo

Agar Indonesia tidak lagi jadi “Bangsa yang terprentah”.

~ Tokoh Pers, Bapak Pers Nasional ~

A ramp along a curved wall in the Kiasma Museu, Helsinki, Finland

Sejarah

Monumen Pers Nasional yang merupakan sebuah bangunan monumen sekaligus museum, ternyata memiliki arti penting bagi insan pers di Indonesia.

Itu karena bangunan ini dulunya merupakan tempat lahirnya sebuah organisasi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI).

Monumen pers dibangun pada tahun 1918 atas prakarsa dari KGPAA Sri Mangkunegara VII. Sebelum menjadi Monumen Pers, dulunya gedung ini memiliki nama Societeit Sasana Soeka. 

Awalnya tujuan didirikannya Societeit Sasana Soeka adalah sebagai balai perkumpulan dan ruang pertemuan.

Meski baru dibangun pada tahun 1918, tetapi rancangan gambar gedung (yang saat ini bernama Monumen Pers Nasional) ini telah dibuat dan diserahkan kepada Mangkunegara VII sejak tahun 1917. Perancang bangunan Monumen Pers Nasional diprakarsai oleh Arsitek asal Wonosobo yang bernama Mas Aboekasan Atmodirono.

Pada tahun 1956, tepat 10 tahun setelahnya berdirinya PWI, beberapa wartawan kenamaan Indonesia menyarankan agar mendirikan sebuah yayasan yang menaungi pers nasional. Yayasan ini kemudian baru diresmikan pada 22 Mei 1956 dengan sebagian besar koleksi museum merupakan hasil sumbangan dari Soedarjo Tjokrosisworo.

 

Nama Monumen Pers Nasional ditetapkan pada tahun 1973. Melansir situs Indonesia Baik, nama Museum Pers Nasional yang dicetuskan di Palembang pada kongres di Tretes tahun 1973. Diubahnya menjadi Monumen Pers Nasional adalah atas usul PWI cabang Surakarta.

Kemudian lahan serta bangunan gedung Monumen Pers Nasional disumbangkan kepada pemerintah pada tahun 1977. Hal ini berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Tengah nomor HK.128/1977 tertanggal 31 Desember 1977 atas tanah dan gedung “Societeit” tersebut diserahkan kepada Panitia Pembangunan Monumen Pers Nasional di bawah Departemen Penerangan RI.

Monumen Pers Nasional kemudian diresmikan oleh Presiden Soeharto dan dibuka umum pada tanggal 9 Februari 1978. Monumen Pers Nasional dengan penandatanganan prasasti. Sejak 2005 hingga kini, monumen Pers Nasional dikelola Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kominfo).

White abstract geometric artwork from Dresden, Germany

Monumen Pers saat ini:

Bangunan Monumen Pers ini terbagi menjadi dua bagian. Yaitu bangunan lama dan bangunan baru. Bangunan lama yang didirikan pada tahun 1918 dan terletak ditengah, dengan denah persegi empat yang menghadap ke arah timur laut. Di bangunan lama terdapat berbagai koleksi yang terpajang dalam bentuk pameran tematik terkait sejarah Pers di Indonesia. Sedangkan pada bangunan baru yang terletak di sebelah timur gedung tengah terdapat berbagai koleksi benda milik wartawan yang bernilai sejarah.

Pada gedung bagian selatan terdapat Layanan Arsip Media Cetak dimana terdapat koleksi yang terdiri dari berbagai Media Cetak Nusantara dari tahun sebelum kemerdekaan hingga saat ini yang dapat diakses secara publik. Menuju ke lantai diatasnya terdapat layanan perpustakaan dan aktifitas alih media atau digitasi Media Cetak untuk penyelamatan informasi dan diseminasi informasi. Sedangkan di lantai ke tiga digunakan untuk penyimpanan benda koleksi dan aktifitas proses konservasi dan preservasi koleksi.

Message Us on WhatsApp