Penghargaan biasanya disematkan untuk seseorang yang telah berjasa, baik dalam bentuk bintang, lencana, medali maupun yang lainnya. Indonesia mempunyai bentuk penghargaan yang bisa dikatakan yang paling tertua, karena penghargaan ini merupakan penghargaan yang pertama kali diberikan untuk mereka yang berjasa setelah Indonesia merdeka.

Erna Djajadiningrat

Bertepatan dengan hari Pahlawan tanggal 10 November 1949 diadakan upacara penganugrahan Bintang Gerilya di Markas Devisi Siliwangi, Buahdua dekat Sumedang kepada 38 orang yang telah berjasa.

Namun, apa itu bintang Gerilya?

Bintang Gerilya (Guerilla dalam ejaan lama) merupakan tanda penghargaan jasa yang diberikan untuk setiap warga Negara yang berjuang dan berbakti kepada tanah air dan bangsa selama agresi Belanda ke I dan ke II dengan menunjukkan keberanian, kebijaksanaan, kesetiaan, dan kedudukannya.

Dari sini muncul pertanyaan apakah dari 38 orang tersebut, hanya para tentara saja yang mendapatkan tanda jasa?, apakah ada sosok Wanita yang mungkin mendapatkan Bintang Gerilya? Jawabannya, ada. Ia adalah Erna Djajadiningrat, sosok Wanita diantara 38 orang penerima Bintang Gerilya.

Dalam majalah Star Weekly, No 204, tanggal 27 November 1949 dijelaskan bahwa Erna adalah sosok penyokong perjuangan yang membantu mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Erna merupakan bagian keluarga Djajadiningrat yang terkenal, ayahnya adalah Pangeran Achmat Djajadiningrat yang membuatnya bisa mempunyai bekal nasionalisme dan jiwa sosial untuk memperhatikan orang lain.

Parade Divisi Siliwangi di Sumedang, pada hari Pahlawab 10 November 1949.

Erna Djajadiningrat menyukai dunia sosial, tertarik untuk meringankan nasib tawanan dan keluarga mereka ini dimulai ketika ia bekerja di Kementerian Sosial setelah republik diproklamasikan. Ia mewujudkan ketertarikannya dengan menjadi ketua Panitia Sosial Korban-Korban Politik (PSKP) yang ia dirikan setelah Agresi Militer I.

Pendirian PSKP dilatarbelakangi karena saat perjuangan kemerdekaan Indonesia banyak orang Indonesia yang menjadi tawanan Belanda, mereka ditawan sebagai Krijgsgevangene karena alasan Politik ataupun…. Rust en Orde. Hal ini menimbulkan berbagai masalah bukan hanya dialami oleh orang yang ditawan tetapi juga keluarga orang yang ditawan. Keluarga sama sekali tidak mengetahui keberadaan sanak keluarga mereka karena tidak berani mencari tau tempat tawanan berada. Nah, menolong keluarga-keluarga tadi agar dapat menjalin kontak kembali dengan sanak keluarga yang ditawan merupakan tujuan pertama PSKP.

Selain mencari Informasi PSKP juga memperhatikan tawanan yang berada dibalik jeruji dengan memberi bantuan makanan, bacaan, pakaian, dan kebutuhan lainnya. Kemudian memberikan bantuan kepada keluarga yang bermasalah dalam keuangan, karena banyak kasus tawanan yang ditawan adalah orang yang bekerja mencari nafkah untuk keluarga.

Penyematan Bintang Gerilya Oleh Kolonel Sadikin kepada Erna Djajadiningrat.

 Bantuan tidak berhenti disitu, setelah keluar menjadi bekas tawanan, PSKP juga memperhatikan nasib mereka. Terdapat kasus bekas tawanan sehat akan diberi ongkos perjalanan untuk pulang kekeluarganya. Kasus bekas tawanan yang sakit pasca keluar maka dirawat di Klinik Rakyat Bidaratjina, peran PSKP memberikan bantuan seperti selimut, kasur-bantal, pakaian, dan makanan. Selanjutnya kasus bekas tawanan yang lain adalah masalah psikologi, mereka tidak terbiasa dengan dunia luar masyarakat maka perlu bantuan rehabilitasi. PSKP juga membantu bekas tawanan agar dapat mencari nafkah yang disalurkan untuk bekerja karena perusahaan bukan organisasi filantropi, mereka tidak membutuhkan tenaga yang kurang berpengalaman. PSKP mulai membuka toko yang menjual sayuran dengan menjadikan bekas tawanan tersebut sebagai pekerjanya. (Mayra Sekar)

Sumber:

  • Star Weekly, No. 204, 27 November 1949
  • PP No. 08 Tahun 1949 tentang mengadakan Bintang Gerilya sebagai Tanda Jasa