Tjaja India adalah koleksi Monumen Pers yang terbit pada tahun 1913 di masa pendudukan Belanda. Pada halaman depan diberitakan tentang pentingnya mendirikan Kolonial Institut yang bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan tentang penaklukan jajahan. Lokasi yang cocok dalam pendirian sekolah ini adalah Amsterdam, Ibukota Belanda. Manfaat dari Kolonial Institut dapat memakmurkan rakyat Belanda terutama dalam hal perniagaan dan usaha kerajinan negara Belanda beserta jajahannya.

Majalah ini juga mengkritik pemikiran dari majalah Sinpo yang megatakan bahwa timbulnya pergerakan anak negeri yang hendak memajukan agama Islam (SI) dikarenakan kaum Kristen terutama Gubernur Jenderal Idenburg yang beragama Kristen mendominasi di Pulau Jawa adalah kekeliruan. Alasan yang sebenarnya adalah Sarekat Islam berikhtiar supaya dapat menjadi muslim yang sempurna menjalin ikatan keteguhan dengan agama serta mengangkat derajat bangsa Boemi poetra sama seperti Boedi Utomo.

Perubahan sekolah boemi putera kelas satu akan diganti dengan nama Hollandsche Inlandsch School yang berhubung dengan sekolah MULO, dikarenakan murid-murid yang lulus dari sekolah itu dapat melanjutkan di sekolah dokter (Stovia dan Nias). Yang diterima masuk disekolah itu kebanyakan anak-anak orang berada atau anak dari orangtua yang memiliki jabatan di pemerintahan sementara anak-anak dari orangtua partikelirb hanay boleh bersekolah di kelas satu.

Dalam surat edaran Directur Justitie tanggal 31 Juli 1913 No.11548 berisi tentang 3 buah pertanyaan yang ditujukan kepada kepala-kepala karesidenan di tanah Jawa dan Madura supaya mengadakan lowongan pekerja sipil bagi bangsa bumiputera yang bukan beragama Kristen dan berjenis kelamin perempuan.

Pada tanggal 31 Juli 1913 dr. Tjipto Mangoenkusumo dan Mr. Soewardi ditangkap, kemudian pada tanggal 18 Agustus 1913 dikeluarkan keputusan untuk membuang mereka. Keputusan ini juga berlaku untuk Douwes Dekker karena ketiganya dianggap berbahaya bagi pemerintah dan penduduk tanah Hindia. Douwes Dekker berusaha meminta pertolongan Mr. Troelstra di negeri Belanda, namun berdasarkan korespondedn surat kabar Soerabaiaasch Handelsblad di negeri Belanda, di sampaikan oleh Tuan Van Kol, Indische Partij itu suatu pergerakan yang belum matang yang bisa membahayakan tanah Hindia. (Penulis: Eti Kurniasih)