Sinar Matahari adalah salah satu koran berbahasa Melayu koleksi Monumen Pers Nasional yang terbit pada tanggal 17 April 1914. Isi berita meliputi keadaan disekitar tahun 1913-1914. Seringnya turun hujan membuat palawija dan persediaan bahan pangan melimpah sehingga kondisi menjadi aman dan nyaman. Di kota sebagian orang memperbaharui atau merenovasi rumah tinggalnya dan pemerintah pada tahun 1914 membangun pabrik Goedang Garam. Di pulau Jawa dan Sumatra diadakan perserikatan atau vereeniging. Akan tetapi karena perserikatan itu jumlahnya tidak sedikit, banyak yang tidak berlangsung lama dikarenakan para pemimpin atau Bestuur sering ribut dengan warga. Selain itu warga juga banyak yang tidak loyal terhadap perserikatan itu. Karena hal tersebut, sebaiknya cukup satu atau dua perserikatan besar saja sehingga bisa menjadi penyambung masyarakat di kampung-kampung.

Hampir di seluruh pulau Jawa sedang ramai diperbincangkan tentang ” Boeanglah pakaian Djawa, pakailah pakaian Europa, alias cara Wolanda, demikianlah soeara kaoem moeda, alias Hindia Madjoe”. Akan tetapi himbauan itu tidak dilakukan oleh rakyat atau kaum kolot. Beberapa alasan mereka karena apabila harus berpakaian mengikuti cara Wolanda, maka kain jarik, celana pendek, ikat pinggang, sabuk, tidak akan laku dijual, akibatnya rakyat kecil akan mengalami kerugian. Kleermaker atau penjahit dan tukang kain batik tidak pandai membuat pakaian cara Wolanda, jadi ketika mereka harus kursus menjahit, mereka harus membayar dan membuang waktu mereka, selain itu pakaian Wolanda harus dikenakan dengan sempurna jika tidak ingin ditertawakan oleh kaum Wolanda.

Berita lain tentang empat agama yang dijalani di Hindia Belanda yaitu (1) agama Rosul dengan nabinya Muhammad dan tanda keyakinannya Masjid, (2) Agama Isa dengan nabinya Isa, tanda dan saksinya Gereja (3) Agama Kong Foedzae dengan nabinya Ghong Hoetjoe, tanda buktinya yaitu Kelentheng (4) Agama Boeda dengan nabinya Dewa, Bainatnja yaitu Langgar atau Sanggar Pamoedjan. Dari keempat agama itu ada yang cocok dan ada yang masih dianalisir pendapatnya. Tentang hal baik dan sempurna serta jahat dan jahanam di dunia dan akherat itu yang menjadi tujuan. Agama ini menerangkan bahwa orang hidup itu  penghabisannya adalah mati, setelah mati bisa hidup menjadi manusia lagi dalam bahasa Jawanya “Nitis”.

Berita dari Makassar seorang ulama Islam yang bernama Hataro ingin memajukan Islam di Jepang, hal ini tercantum dalam surat kabar yang bernama ” Islamic Jonati”. Ulama ini ingin memajukan agama Islam di Jepang sebagai kekuatan menuju kejayaan.

Kabar dari Itali mengatakan bahwa Turki telah bersiap menyediakan angakatan perang yang besar. Yang Mulia Anwa Pastja seorang menteri perang menggerakkan tiga angkatan para tentara.

Demikian ringkasan berita dari koran Sinar Matahari yang terbit tanggal 17 April 1914. Untuk lebih lengkapnya bisa dibaca pada layanan Epaper Monumen Pers Nasional.

Penulis : Eti Kurniasih