Oetoesan Hindia tertanggal 15 April 1921 merupakan surat kabar harian berbahasa Melayu yang terbit di Surabaya. Koran ini adalah koran pergerakan pemuda di Surabaya yang dipimpin oleh HOS Tjokroaminoto yang juga ketua perkumpulan Syarekat Islam (SI). Pada halaman pertama Oetosan Hindia dijelaskan tentang sedikitnya kaum pribumi yang menjadi golongan terpelajar dan penggerak rakyat melarat. Para kaum terpelajar sesungguhnya mengerti tujuan dari pergerakan ini, namun karena pergaulan dan kehidupan sehari-harinya di bawah kekuasaan dan tekanan kolonial, maka dengan terpaksa mereka tidak memperdulikan kaum pribumi. Lain halnya dengan almarhum Hasan Djajadiningrat dan H.A. Salim adalah orang-orang terpelajar yang pilu hatinya ketika melihat nasib pribumi yang tertindas. 

Koesoemodirdjo dan S.I. Besoeki membuat karangan dengan judul ” Poeternja Doenia”, dimana didalamnya berisi kalimat “orang yang teguh seagama dengan kita jang akan menolong kita lahir batin itoelah pemimpinmoe”. Karangan ini diharapkan agar para pembaca segera melakukan pergerakan rakyat, kemudian disebutkan bahwa agama Islam yang dijadikan alat senjata oleh PEB (Penipoe Economi Boemipoetera) bukanlah Islam sejati, melainkan Islam hanya dijadikan topeng semata.

Musuh-musuh SI mengatakan bahwa pergerakan SI sudah mendekati ajalnya atau akan segera mati. Hal ini beralasan karena sering terjadi perselisihan dalam tubuh SI dalam beberapa bulan sebelum konggres CSI (Centraal Syarekat Islam) dimulai, alasan lain adalah karena ada beberapa pemimpin yang dihukum penjara. Akan tetapi setelah kongres CSI tampaknya SI justru semakin menguat. Awal April CSI mengirimkan tiga utusan yaitu saudara Marco, H. Soedjak dan H.A. Salim ke Malang untuk memimpin beberapa vergadering. Sedangkan Tjokroaminoto dan Wiradimadja dikirim ke Priangan.

Pada tanggal 11 April terjadi pemogokan 150 orang pekerja S.S. Sindanglaut di Cirebon, dikarenakan belum diterimanya upah atau gaji mereka. Opzichter Ten Bosch  dan chef Karrebijn memberi keterangan tidak akan memberi upah satu sen pun karena sudah tidak ada lagi uang persediaan.  

Tahun 1920 atas usaha H.O.S. Tjokroaminoto berdirilah perkumpulan SI di Sumenep. Tidak lama kemudian mengalami kemunduran yang disebabkan tuan Promo Adikoesomo yang dijadikan “Tameng” SI pindah ke desa yang jauh.

Penulis : Eti Kurniasih