Her Suganda mantan wartawan kompas tak pernah berhenti berkarya, sebagai pekerja ia sangat paham suatu saat akan tiba saatnya pensiun tapi tidak terhadap pengabdiaanya sebagai seorang jurnalis, ia akan terus menulis dan menulis.
Usia tujuh puluh tiga tahun saat bertemu dengan beliau disalah satu hotel di Bandung, tak dapat melemahkannya untuk menyetir sendiri dari rumahnya yang berada dikawasan Padalarang Kab. Bandung. Padahal kami sudah berencana untuk menyambangi beliau dirumahnya. Namun dengan alasan akses jalan kerumah yang sulit katanya, akhirnya disepakati pertemuan dilaksanakan di hotel tempat kami menginap di jalan Otista.
Bertemu dengan Her Suganda seperti telah kenal lama, rambutnya telah memutih berbalut batik hijau celana krem dan sepatu sport langkahnya masih mantap melangkah keluar dari mobil pribadi, nada bicaranya yang ramah dengan intonasi yang jelas, pendengarannya yang masih bagus dan tatapannya yang bersahabat membuat betah bicara panjang lebar. Apalagi pengetahuan yang begitu luas membuatnya menjadi sumber referensi yang tak habis untuk digali.
Pengalamannya sebagai wartawan, bertugas di Kompas sejak tahun 1975 – 2002, yang menempatkanya di Karawang pada tahun 70-an dipindah tugaskan ke Bandung pada tahun 1980 hingga pensiun.
Dalam bincang-bincang sore tersebut sempat mengungkapkan keprihatinan beliau terhadap pemanfaatan IT dikalangan generasi muda, sehingga melahirkan generasi instant yang hanya sekedar tahu. IT menurutnya bukanlah segala-galanya. IT hanyalah alat untuk mempermudah, mempercepat pekerjaan. Sedang untuk dapat memaknai/ memahaminya tentang sesuatu dibutuhkan sebuah proses, sebagaimana beliau sendiri yang telah melalui proses perjalanan panjang dalam pengalaman hidupnya.
Lebih lanjut beliau mengatakan, “Investasi yang sangat berharga adalah kekayaan intelektual, dan telah dilakukannya sejak lama sehingga melahirkan sejumlah karya berupa buku. Berbagai buku beliau telah diterbitkan diantaranya : Jendela Bandung; Bandung Parijs van Java; Peristiwa Rengas dengklok; Daya, Kisah Inspiratif untuk Dayakan Indonesia; Kisah Para Preanger Planter, Suku Naga mempertahankan tradisi dll.
Pada kesempatan tersebut beliau menghibahkan sebuah kamera lawas merk Yasicha yang senantiasa menemani beliau selama menjadi wartawan dan beberapa buah buku karya beliau ke Monumen Pers Nasional sebagai bentuk dukungan beliau terhadap visi Monumen Pers Nasional menjadi Pusat Dokumentasi Pers Nasional yang berbasis IT, beliau mengharapkan agar dapat menjadi tambahan koleksi Monumen Pers Nasional yang di diseminasikan kepada khalayak guna mendukung salah satu misi Monumen Pers Nasional ikut membangun Nation and Character Building
Diakhir perbincangan beliau menyampaikan resep agar tetap sehat dan enerjik, jalani hidup ini dengan enjoy, jauhkan dari penyakit-penyakit hati dan prasangka serta senantiasa bersyukur dengan anugerah apapun yang diberikan Allah Swt kepada kita.