Puncak perayaan Sekaten di Solo pada Kamis kemarin (24/1/2013) ditandai dengan Grebeg Maulud yang dihadiri ribuan warga sejak pagi di halaman Masjid Agung. Sebelumnya, sepasang gunungan besar (gunungan jaler dan gunungan estri) serta sepasang gunungan kecil dikirab dari Keraton Kasunanan menuju Masjid Agung.

Setelah gunungan tersebut selesai didoakan, warga mulai berebut untuk mendapatkan  hasil bumi yang ada pada tiap gunungan. Hasil bumi berupa sayuran dan makanan tersebut habis dalam waktu sekejap. Masyarakat tersebut percaya hasil bumi yang diperebutkan saat perayaan grebek mampu mendatangkan berkah.

Sebelum diarak dan diperebutkan warga, gunungan tersebut dibuat oleh sejumlah abdi dalem Keraton Kasunanan pada Rabu, (23/1/2013). Para abdi dalem tersebut dengan terampil menempelkan satu persatu hiasan janur, sayuran segar dan makanan di kerangka sehingga menjadi gunungan.

Untuk membuat gunungan tersebut diperlukan 1,5 kuintal beras ketan yang diolah menjadi rengginang dan wajik untuk gunungan estri. Sedangkan untuk merangkai gunungan jaler diperlukan sayuran segar seperti cabai, kacang panjang, wortel, kentang dan beberapa sayuran lain.

Wakil Pengageng III Museum dan Pariwisata Keraton Solo, KRMH Satryo Hadinagoro mengatakan bahwa Grebeg Maulud merupakan puncak perayaan Sekaten yang digelar sejak 17 Januari lalu di Alun-alun Utara Solo dengan ditandai ditabuhnya dua gamelan Kyai Guntur Madu dan Kyai Guntur Sari di halaman Masjid Agung Surakarta. Untuk memeriahkan kegiatan tersebut diadakan pasar malam yang didukung pedagang menengah dan tradisional serta pameran industri yang berkonsep modern.

Sekaten merupakan upacara hasil akulturasi tradisi lokal dengan tradisi Islam. Pada masa itu masyarakat Jawa mayoritas memeluk agama Hindu dan Budha yang sangat menyukai Kesenian Gamelan. Gamelan dimanfaatkan untuk menarik minat masyarakat. Sekaten sendiri diadakan untuk merayakan hari lahir Nabi Muhammad SAW. (Arnain Dian Agustin, S.Sos)