Ilustrasi dari ictwatch.com

Di era komputasi awan sekarang ini, berbagai macam informasi dengan mudahnya berlalu lalang melalui internet. Bagaikan jalan raya besar dan bercabang yang menghubungkan satu rumah(perangkat komputasi) ke rumah yang lain, seluruh informasi seperti biodata, pesan atau email, transaksi keuangan, multimedia (foto, video, suara)dan lain sebagainya bertebaran melewati internet untuk mencapai tujuannya. Akan tetapi bagaimana seandainya informasi-informasi yang berlalu lalang di internet tersebut bisa disadap (dibaca) oleh orang-orang yang tidak berhak mengetahuinya? Diumpamakan saja dalam kondisi dua orang yang sedang bercakap-cakap (saling bertukar data), kemudian terdapat orang ketiga yang tidak berhak tahu, ikut mendengarkan percakapan tersebut. Kemudian dari informasi yang didengar, dia olah untuk dapat dimanfaatkan dengan tindakan kriminal. Terutama apabila isi percakapan yang dicuri dengar tersebut adalah informasi yang sangat sensitif dan rahasia (kepentingan negara).Dengan kondisi pada masa sekarang ini, dimana koneksi internet yang gratis mudah ditemui di tempat-tempat umum seperti di hotspot kafe, hotspot kampus, hotspot pusat perbelanjaan di warnet, mempermudah dan mendorong pelaku penyadapan tersebut untuk beraksi. Karena pada umumnya koneksi yang disediakan secara gratis tidak terlalu memperhatikan tingkat keamanan si pemakai, itu karena koneksi yang digunakan tidak melalui proses penyandian.Penyadapan atau pencurian dengar di internet dikenal dengan nama sniffing, kegiatan sniffing ini menggunakan alat (aplikasi) yang disebut sniffer. Salah satu aplikasi yang sering dilakukan untuk penyadapan adalah wiresharks dan tcpdump. Aplikasi tersebut sebenarnya digunakan untuk melakukan analisa sebuah jaringan dengan cara menangkap paket-paket data yang dilewatkan melalui jaringan untuk dianalisa. Bagaikan sebuah pedang bermata dua, selain dapat digunakan untuk melakukan analisa, aplikasi tersebut juga bisa digunakan untuk melakukan penyadapan, dengan cara menangkap dan membaca berbagai informasi yang dilewatkan melalui jaringan komputer intranet dan internet. Lalu bagaimana cara mengamankan setiap informasi yang kita lewatkan? Yaitu melalui metode enkripsi. Metode enkripsi adalah proses mengamankan suatu informasi dengan membuat informasi tersebut tidak dapat dibaca tanpa bantuan pengetahuan khusus. Pengetahuan khusus yang dimaksud adalah ilmu kriptografi. Kriptografi, secara umum adalah ilmu dan seni untuk menjaga kerahasiaan berita. Untuk membuka data hasil enkripsi digunakan metode deskripsi. Metode enkripsi dan deskripsi ini menggunakan bersamaan sebuah kunci (chipers). Chiper sendiri dalam penggunaan komputasi adalah sebuah algoritma untuk menampilkan enkripsi dan kebalikannya dekripsi.

Ilustrasi dari Wikipedia

 Ada 2 macam jenis algoritma enkripsi yang umumnya digunakan yaitu enkripsi simetris dan asimetris. pada algoritma simetris, pengirim dan penerima harus memiliki kunci yang digunakan bersama dan dijaga kerahasiaanya. Pengirim menggunakan kunci ini untuk enkripsi dan penerima menggunakan kunci yang sama untuk dekripsi. Sedangkan pada algoritma asimetris, terdapat dua kunci terpisah, sebuah public key diterbitkan dan membolehkan siapapun pengirimnya untuk melakukan enkripsi, sedangkan sebuah private key dijaga kerahasiannya oleh penerima dan digunakan untuk melakukan dekripsi. Enkripsi ini pada penerapannya digunakan untuk transaksi-transaksi keuangan seperti E-banking, konektivitas ATM, data-data pemerintah seperti yang diterapkan pada Lembaga Sandi Negara, transaksi E-commerce, otentikasi aplikasi internet (email, 4shared) serta koneksi antar server. Salah satu contoh penggunaan enkripsi di internet yang sering digunakan dan bisa pembaca lihat penerapannya adalah pada browser. Saat pembaca mengakses salah satu aplikasi pada penyedia layanan Google (Google Drive). Anda bisa lihat pada ujung kiri atas pada address bar perambah atau browser anda (contoh: Mozilla Firefox) akan melihat ikon gembok atau URL address anda akan diawali menggunakan https://  seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah:

dari gambar di atas menandakan bahwa konektivitas si pengguna layanan dan server layanan menggunakan jalur yang telah dienkripsi, sehingga salah seorang penyadap akan kesulitan membaca transaksi data yang terjadi antara si pengguna layanan dan server. Berikut adalah salah satu tampilan konektivitas tanpa melalui enkripsi seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah:

Lalu apakah data anda akan 100% aman hanya dengan menggunakan enkripsi ini? Tidak juga, karena pada dasarnya, keamanan sebuah data sebagian besar juga dipengaruhi oleh perilaku penggunanya. Sebagai contoh adalah pengguna layanan menjaga kerahasiaan password aplikasinya (tidak dipakai bersama), melakukan penggantian password secara berkala, memperhatikan keaslian penggunaan aplikasi pada setiap transaksi yang digunakan untuk menghindari kejahatan phising (pencurian informasi dengan website palsu) dan berbagai bentuk metode perlindungan data lainnya. Dari berbagai macam bentuk perlindungan data, salah satunya dengan metode enkripsi, para pemilik data dapat merasa lebih aman dalam bertukar informasi karena data atau informasi yang di lewatkan melalui jaringan publik tidak dengan mudah (telanjang) dilihat siapa saja karena telah terlindungi secara lebih aman.