Setelah batik dikukuhkan sebagai warisan budaya dunia dari Indonesia. Pamor batik semakin “moncer” saja . Bahkan tanggal 2 Oktober telah ditetapkan sebagai Hari Batik Nasional. Kalau dahulu batik hanya dipakai dalam upacara adat dan situasi resmi maka kini batik dipakai setiap saat. Tidak hanya orang tua tetapi kaum muda juga mulai gemar memakai batik. Batik tidak lagi sekedar kain panjang yang dipakai dalam upacara adat saja tapi sudah muncul menjadi kemeja, blouse, gaun, celana, taplak meja, sprei, tas, sandal dan berbagai pernak-pernik lain hasil kreatifitas para seniman, desainer dan pengrajin.
Solo sebagai salah satu pusat batik Indonesia merupakan surga belanja bagi para pemburu batik. Mulai dari hanya sekedar tekstil motif batik, batik cap ataupun batik tulis halus. Dari yang harganya puluhan ribu sampai jutaan rupiah tersedia di sentra-sentra batik Solo, diantaranya pasar Klewer, Pusat Grosir Solo, Kampung Batik Laweyan, Kampung Batik Kauman bahkan kota Solo juga memiliki Museum Batik Danar Hadi . Jadi kalau ingin belanja dan belajar tentang batik Solo adalah tempat yang tepat . Dan inilah tempat-tempat yang bisa dikunjungi yang berkaitan dengan batik di kota Solo.
Museum Batik Danar Hadi
Museum Batik terletak di jalan Slamet Riyadi 261, jalan utama kota Solo, sebuah kawasan heritage terpadu House of Danarhadi, terdiri dari Bangunan Cagar Budaya ndalem Wuryaningratan, Museum Batik, Toko Batik dan Restoran Soga . nDalem Wuryaningratan ini adalah sebuah rumah sangat besar yang dahulu merupakan kediaman seorang pangeran, cucu Sri Susuhunan Pakubuwono IX dan menantu Sri Susuhunan Pakubuwono X yang bernama KRMTA Wuryaningrat .
Museum ini didirikan oleh pengusaha batik terkenal H. Santosa Doellah pemilik PT Danar Hadi. Diresmikan pada tanggal 20 Oktober tahun 2000 oleh Megawati Soekarno Putri sebagai Galery Batik Kuno Danar Hadi dan dalam perkembangannya kemudian menjadi Museum Batik Danar Hadi . Kain-kain koleksi Museum Batik ini sangat indah dan langka, ada sekitar 10.000 potong batik kuno menjadi koleksi yang dikumpulkan oleh H Santosa Doellah dalam kurun waktu 30 tahun. Sekitar 1.500 potong diantaranya didapat dari koleksi pribadi seorang kurator museum Troupen di Belanda. Batik –batik itu dibuat antara tahun 1840 -1910. Museum Batik Danarhadi mendapat pengakuan dari Museum Rekor Indonesia sebagai museum dengan koleksi batik terbanyak.
Saat kita masuk ke ruang pamer akan disambut dengan koleksi batik Belanda yang sebagian besar berupa sarung dengan motif kupu-kupu dan bunga dengan warna cerah, dipajang pula foto orang-orang Belanda memakai batik . Selanjutnya dipamerkan pula batik yang khusus dipakai oleh raja-raja dan kaum bangsawan setingkat Pangeran atau Adipati . Pada waktu itu batik dengan motif khusus merupakan batik sengkeran yang dilarang keras dipakai oleh orang awam misal motif Parang Barong, Semen Ageng, Udan Liris .
Sebagian dari koleksi museum ini juga didapat dari empat istana yaitu Keraton Kasunanan Surakarta, Kasultanan Yogyakarta, Pura Mangkunegaran dan Pura Pakualaman. Koleksi kain batik dari Solo dan Yogyakarta dipajang secara terpisah. Salah satu koleksi yang langka adalah kain batik bermotif Ceplok Dempel yang konon khabarnya merupakan “ageman” atau pernah dipakai
Sri Susuhunan Paku Buwono ke X. Dari Pura Mangkunegaran ada koleksi batik yang dibuat oleh Nyi Ageng Mardusari salah seorang selir KGPAA Mangkoenagoro VII dengan motif Bogas Pakis yang sangat elok. Apabila kita mau mengamati akan terlihat bahwa ciri batik dari masing-masing istana itu memiliki perbedaan dalam nuansa soga nya . Misalnya ciri batik dari Kraton Kasunanan cenderung coklat kemerahan, Kasultanan Yogyakarta warnanya coklat dan kontras dengan latar putihnya sedangkan Pakualaman berwarna krem .
Koleksi lain adalah batik Tiga Negeri yang memiliki perpaduan warna merah , biru, coklat . Pewarnaan batik ini dibuat di tiga tempat yaitu Pekalongan, Lasem dan Solo. Perlu digarisbawahi bahwa koleksi batik di museum ini adalah batik tulis ( buatan tangan ) bukan seperti batik yang kebanyakan dipakai saat ini berupa tekstil motif batik ( hasil printing ) sehingga mengundang kekaguman bagi yang melihat.
Selain melihat koleksi batik yang elok. Pengunjung museum juga diperkenalkan pada bahan-bahan pembuat batik seperti lilin (malam) , canting, bahan pewarna alam, tawas, soga dan lain sebagainya. Selain itu pengunjung juga bisa melihat proses pembuatan batik mulai membuat pola, membatik, cap, mewarna sampai menjadi kain batik . Bahkan yang ingin mencoba merasakan susahnya membatik juga diberi kesempatan. Dan setelah puas berkunjung ke museum pengunjung bisa langsung belanja batik di toko ataupun makan di minum di Soga Cafe yang menjadi satu kesatuan di nDalem Wuryaningratan.
Pasar Klewer dan Pusat Grosir Solo
Pasar Klewer terletak di jalan Dr. Rajiman , sebelah Barat alun – alun Keraton Surakarta , sebelah Selatan Masjid Agung Solo . Dahulu bernama pasar Slompretan , awalnya merupakan tempat pemberhentian kereta, dan masyarakat memanfaatkan sebagai ajang jual beli kepada para penumpang. Sejak dahulu pedagang pasar ini memang banyak menjual batik.
Seiring perkembangan jaman pada tahun 1970 pasar tersebut dibangun menjadi dua lantai dan diresmikan oleh Presiden Soeharto . Kalau kita menelusuri lorong- lorong pasar maka berbagai jenis batik digelar oleh para pedagang memenuhi lorong . Pasar ini tidak hanya dikunjung oleh pembeli dari Jawa Tengah tetapi juga dari luar pulau Jawa tetapi juga dari Sumatra, Kalimantan, Bali, Lombok , Sulawesi bahkan banyak juga turis mancanegara.
Apabila pintar menawar harga di Pasar Klewer sangat murah karena pasar ini merupakan pusat kulakan batik. Kebanyakan pedagang dari berbagai daerah mengambil dagangan batik dari pasar Klewer. Semua produk berbahan batik ada di pasar ini, mulai kain batik, baju, taplak meja, sprei, sandal, tas dan juga cendera mata.
Walaupun harga di Pasar Klewer cukup murah tetapi karena merupakan pasar tradisional maka terkadang ada yang merasa kurang nyaman berbelanja di pasar ini , udara yang panas dan seringkali para pedagang kurang tertib dalam mengatur barang dagangan sehingga lorong pasar menjadi sempit membuat pengunjung pasar kurang nyaman dan pembeli ada yang lebih memilih berbelanja ke Pusat Grosir Solo
Pusat Grosir Solo terletak tidak jauh dari pasar Klewer tepatnya di Jalan Mayor Sunaryo sebelah Utara Alun-alun Keraton Surakarta daerah Gladag . Pusat Grosir Solo merupakan bangunan 4 lantai dan telah mengadopsi konsep pasar modern atau mall tetapi dengan dagangan utama batik. Memang harga di Pusat Grosir Solo sedikit lebih mahal dibanding Pasar Klewer tetapi keragaman barang dagangan sama dan situasi belanja lebih nyaman. Banyak orang mengatakan Pusat grosir Solo diibaratkan sebagai Tanah Abang-nya wong Solo.
Para Pedagang di Pusat Grosir Solo telah memasang label harga sehingga pembeli dapat langsung mengetahui harga barang dagangan tidak seperti di Pasar Klewer. Memang masing masing tempat belanja punya kelebihan dan kekurangan.
Kampoeng Batik Laweyan dan Kampung Batik Kauman
Sejak jaman dahulu kampung Laweyan dikenal sebagai sentra industri batik yang unik, spesifik dan bersejarah. Kampung Laweyan merupakan kampung batik tertua di Indonesia yang sudah eksis sejak tahun 1546 pada masa kerajaan Pajang diperintah oleh Sultan Hadiwijaya ( Joko Tingkir ). Mengapa disebut Laweyan, menurut RT Mlayadipuro pasar Laweyan dulu tempat orang berjualan lawe bahan dasar untuk membuat kain tenun. Bahan itu berasal dari daerah sekitar yaitu Pedan, Gawok, Juwiring.
Kampoeng Batik Laweyan mulai dikembangkan sebagai tempat kunjungan wisata sejak sekitar tahun 2004. Saat ini di Kampoeng Batik Laweyan terhimpun 70 pengusaha batik dari skala kecil hingga menengah . Mereka memproduksi batik tulis, cap dan printing dalam berbagai bentuk . Berkeliling di Kampoeng Batik Laweyan merupakan pengalaman yang unik dan mengasyikan karena selain berbelanja batik pengunjung dapat melihat rumah-rumah kuno bergaya kolonial milik para saudagar batik Laweyan yang indah dengan pintu yang sangat besar dan pagar tinggi . Di rumah-rumah inilah para pengusaha batik membuka tokonya. Apabila tidak membawa kendaraan pribadi pengunjung tak perlu khawatir kecapekan berjalan dari rumah ke rumah kerana banyak tukang becak yang menawarkan diri mengantar pengunjung berkeliling.
Selain menjual produknya secara eceran pengusaha batik di Laweyan ini juga men-eksport dagangannya ke manca negara. Para pengusaha yang membuka toko di kampung ini diantaranya Batik Soga, Batik Putra Laweyan, Batik Sidoluhur, Batik Merak Manis, Batik Kencana Ungu dsb.
Selain menjual produknya untuk mendukung wisata belanja maka para pengusaha batik di Laweyan ini juga tergabung dalam Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan siap membimbing para pengunjung mengikuti kursus membatik bisa secara singkat atau intensif, kursus kewirausahan batik, bahkan juga penelitian akademis tentang batik, cagar budaya , sejarah. Di hari libur terutama liburan sekolah Kampoeng Batik Laweyan selalu dipenuhi pengunjung.
Selain Kampoeng Batik Laweyan , ada juga Kampung Batik Kauman. Kauman di masa lalu adalah tempat tinggal kaum ulama Keraton Surakarta yang terdiri dari beberapa lapisan masyarakat diantaranya penghulu, modin, suronoto dan kaum yang merupakan penduduk mayoritas kampung ini sehingga diberi nama Kauman. Batik yang dihasilkan masyarakat Kauman pada masa lalu berhubungan dengan motif batik Kraton Kasunanan Surakarta . Di kampung ini ada antara 20 -30 home industri batik yang melayani tidak hanya pembeli lokal tetapi memiliki pelangan dari berbagai negara diantaranya : Jepang, Eropa, Asia Tenggara dan Amerika.
Hampir mirip dengan Laweyan , rumah-rumah di kawasan Kampung Batik kauman ini juga disulap menjadi toko atau butik yang memajang berbagai produk batik .Rumah di kawasan Kauman dikelilingi tembok tinggi dan melewati lorong-lorong kecil . Selain belanja batik pengunjung juga bisa melihat suasana kampung dengan bangunan kuno berbentuk joglo , limasan , kolonial dan perpaduan antara arsitektur Jawa dan kolonial. Di tempat ini selain toko batik juga tersedia home stay . Kampung Kauman terletak di pusat kota berdekatan dengan Alun-alun Keraton Surakarta, Masjid Agung dan Pasar Klewer. Pengunjung tak perlu kuatir tersesat karena tersedia fasilitas peta terpampang di tembok rumah .
Kampung Batik Kauman bisa menjadi alternatif wisata belanja batik sekaligus melihat langsung proses pembuatan batik tulis, atau cap, bahkan pengunjung juga bisa ikut membatik secara langsung ( Rahayu Trisnaningsih , SS ) .