Pers Dan Gerakan Kebangkitan Nasional

Antara gerakan kebangsaan dan pers terjalin hubungan yang erat. Pers Nasional cermin nyata dari kehidupan gerakan kebangsaan dan sekaligus menyebarkan idealisme. Pers Indonesia merupakan pers oposisi bagi pemerintah Belanda dan berjuang untuk kebebasan lebih luas. Kendati dalam penderitaan , keterbatasan karena tekanan kaum kolonial serta keterbatasan teknologi sebagian besar kaum terpelajar pribumi yang memiliki cita-cita untuk bangkit menuju kemerdekaan berupaya menyebar luaskan pemikiran mereka lewat tulisan di berbagai media yang terbit pada waktu itu .

Tahun 1900 dalam surat kabar Medan Prijaji yang terbit di Bandung, pemimpin redaksinya RM Tirtoadisoerjo telah menuliskan motto surat kabarnya : …. orgaan boeat bangsa jang terperintah di Hindia Olanda, tempat memboeka soearanya …. RM Tirtoadhisoerjo merupakan tokoh pembaharu dijagad kewartawanan, peletak dasar jurnalistik modern dan karena ketajaman penanya dia dibuang oleh pemerintah Hindia Belanda ke pulau Bacan ( ( Sebelas Perintis Pers Indonesia,1976 )

Pada tanggal 20 Mei 1908 berdirilah Boedi Oetomo. Boedi Oetomo merupakan Organisasi Pergerakan Modern di Indonesia yang memicu lahirnya berbagai organisasi politik modern yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Boedi Oetomo sebagai organisasi pemuda yang berwawasan kebangsaan yang digagas oleh Dr Wahidin Soediro Hoesodo dan didirikan oleh Dr Soetomo , Goenawan Mangoenkoesoemo, Soeradji juga berupaya menyebarluaskan pemikiran lewat tulisan dengan menerbitkan majalah Boedi Oetomo. Majalah ini adalah majalah yang diterbitkan perkumpulan pergerakan nasional Budi Utomo Cabang Jawa Tengah. Majalah ini berisi berita kegiatan perkumpulan Boedi Oetomo. Tanggal berdirinya Boedi Oetomo ini kemudian disebut sebagai Hari Kebangkitan Nasional.

Contoh Majalah Boedi Oetomo yang terbit bulan April tahun 1926

Bergabungnya Douwes Dekker seorang Indo Belanda yang pro perjuangan Indonesia semakin memperkokoh Boedi Oetomo, kemudian Cipto Mangun Kusumo dan Soewardi Suryaningrat atau Ki Hajar Dewantara juga ikut masuk didalamnya.

Pada tahun 1913 Soewardi Suryaningrat menulis sebuah artikel berjudul Al Ik Eens Nederlander Was ( Seandainya Aku orang Belanda ) yang isinya memprotes keras rencana pemerintah Hindia Belanda merayakan 100 tahun kemerdekaan Belanda di Hindia Belanda. Karena ketajaman tulisan Soewardi Suryaningrat diasingkan ke Belanda.

Menurut Rosihan Anwar Pergerakan mencapai Indonesia Merdeka tidak cukup hanya melalui Partai Politik tetapi harus didukung oleh suatu pers nasional. Karena itu pada tahun 1937 Mr. Soemanang, Adam Malik, AM Sipahutar dan Pandoe Karta Wigoena mendirikan Kantor Berita Antara.

Perjuangan Kebangkitan Indonesia meraih kemerdekaan lewat tulisan juga dilakukan oleh Sang Proklamator Ir. Soekarno selain aktif menulis di berbagai media, di era tahun 30-an Ir Soekarno juga menerbitkan sebuah majalah politik bernama Fikiran Ra”jat dengan motto Kaoem Marhaen Inilah Majalah Kamoe.

Majalah Fikiran Rak”jat dengan Pimpinan Redaksi Ir. Soekarno

Fikiran Ra’jat menyajikan tulisan-tulisan yang menentang penjajahan Belanda. Selain Fikiran Ra’jat media lain yang terkenal di kalangan pejuang politik nasional adalah Daulat Ra’jat.

Tidak hanya di pulau Jawa tetapi di Kota Medan pada bulan November tahun 1916 terbit koran pertama yang memakai kata “merdeka” yakni Benih Merdeka dengan Pimpinan Redaksi Mohammad Samin dengan semboyan “Oergan oentoek menoentoet keadilan dan kemerdekaan”. Di Palembang terbit Obor Ra’jat dan di Pontianak terbit Borneo Barat Bergerak .

Setelah Kongres Pemuda 28 Oktober 1928 , para pejuang pers semakin gigih menyebarkan ide-ide kemerdekaanya melalui tulisan sehinggga pemerintah Hindia Belanda semakin gerah dan pada bulan September 1931 munncul aturan Presbreidel Ordonnantie yang menyebabkan para wartawan dan penulis dihukum oleh pemerintah Hindia Belanda .

Pada masa kolonialisme Belanda para wartawan juga berupaya untuk membentuk wadah persatuan dengan mendirikan Inlandsche Joernalisten Bond ( IJB ) tahun 1924 dan Persatoen Djoernalis Indonesia (PERDI) tahun 1933 . Tokoh PERDI antara lain Sutopo Wonoboyo, Sudarjo Tjokrosisworo , Sjamsuddin Sutan Makmur. Azas perjuangan PERDI adalah : “……….. Menegakkan kedoedoekan pers Indonesia sebagai terompet perjoeangan”. ( Tribuana Said, 2006 ) . Dengan semboyan terlihat PERDI tidak gentar terhadap tekanan penjajah.

Dalam masa penjajahan Jepang pers Indonesia dibelenggu peraturan militer Jepang yang mematikan koran pergerakan. Pemerintah Jepang membubarkan koran yang sudah terbit dan mengganti namanya diantaranya : Soeara Asia ( Surabaya ) Asia Raja ( Jakarta ) Pemandangan ( Jakarta ) . Kantor Berita Antara diubah namanya menjadi Domei . Pemerintah Jepang pada waktu itu sangat represif tetapi kaum pergerakan tetap membuat siaran-siaran ilegal , banyak wartawan yang ditangkap, ditahan , bahkan ada pula yang dibunuh. Pada waktu itu Djawa Hokokai menerbitkan majalah Indonesia Merdeka , Pemerintah Jepang juga menerbitkan majalah Propaganda Djawa Baroe . Majalah ini terbit bulan Mei tahun 1944. Merupakan majalah propaganda Jepang di Indonesia . Menggunakan dua bahasa yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Jepang ( dicetak dengan tulisan Jepang ) . Berisi tentang program-program pemerintah Jepang di Indonesia diantaranya Rumosha, mobilisasi pemuda untuk menjadi tentara Jepang semua untuk mendukung kejayaan Jepang di Asia Timur Raya.

Majalah pada Jaman Penjajahan Jepang

Di masa lalu terlihat nyata pers Indonesia menyebarkan idealisme para founding father menggalang kekuatan untuk bangkit kearah kemerdekaan. Pers secara nyata turut berjuang , sehari setelah proklamasi kemerdekaan dikumandangkan tanggal 18 Agustus 1945 koran Soeara Asia memasang head line tentang pengangkatan Kepala Negara Indonesia Merdeka Ir. Soekarno dan Drs. Moh.Hatta

Peran pers Indonesia dalam gerakan kebangkitan sampai dengan kemerdekan sangat besar , bahkan dalam masa revolusi phisik mempertahankan kemerdekaanpun pers tetap memiliki peran penting.

Sampai saat ini pers nasional tidak boleh kehilangan idealismenya harus tetap berjuang untuk keadilan dan kesejahteraan rakyat , sesuai cita-cita dan perjalanan panjang pers Indonesia di masa lalu ( Dra. Triwibawani, Mr. )

Message Us on WhatsApp