Hardiknas 2012 dan Esensi Pendidikan

Foto sumber www.solopos.com/

Hari Pendidikan Nasional setiap tahun diperingati dengan segenap kegiatan, baik upacara maupun kegiatan seremonial lainnya, yang menjadi pertanyaan, sudahkah pendidikan itu menyentuh esensi dari pendidikan yang diamanatkan ?

Pasal 33 ayat 3 Undang-undang Dasar 1945 yang telah diamandemen mengamanatkan bahwa segenap proses pendidikan haruslah ditujukan untuk seluruh perkembangan potensi manusia demi mencapai kehidupan yang sejahtera, baik fisik , mental dan spritual.

UU Sisdiknas 2003 menandaskan, pendidikan bertujuan berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa , berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, keratif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Lembaga pendidikan tinggi setiap tahunnya meluluskan lebih dari 200.000 sarjana dan diasumsikan pada tahun 2012 terdapat lebih 1.000.000 orang lulusan yang terdiri dari berbagai jurusan sosial, non kependidikan, agama dan sebagian eksak.

Ivan Illich (1972) menyatakan akan tiba masa pendidikan menjadi tidak berguna saat dihadapkan pada kehidupan nyata. Sudah menjadi rahasia umum bahwa untuk memperoleh pendidikan dibutuhkan biaya yang tidak sedikit, bahkan tak jarang pada musim pendaftaran sekolah, orang tua menggadaikan bahkan menjual hartanya untuk dapat memenuhi kebutuhan akan biaya pendidikan. Sayang dengan pengorbanan yang sedemikian rupa tidak mendapatkan hasil yang optimal, tak jarang hanya melahirkan generasi pemalas yang tidak terampil yang hanya mau bekerja disektor formal dan menghindari kompetisi.

Memang salah satu tujuan pendidikan adalah untuk mendapatkan legitmasi, bagaimana seorang lulusan Diploma berhak menyandang gelar Amdnya, lulusan sarjana dengan gelar S1, Pasca sarjana dengan gelar S2 dan seterusnya. Namun tujuan pendidikan tidaklah hanya sebatas itu saja, pendidikan harus meliputi pengembangan individual dan universal termasuk didalamnya pengembangan kemampuan reflektif, serta kapasitas spiritualitas dan moral individual.

Mengapa pendidikan yang telah terkonsep nyaris sempurna belum mampu melahirkan generasi yang mumpuni dan diharapkan mampu menghadapi tantangan perkembangan zaman ? Prof. Dr. Winarno Surakhmad, mengatakan yang menjadi persoalan adalah kurangnya pendidikan dan sosialisasi philosofi pendidikan yang berakibat timbulnya kerancuan dalam perumusan tujuan dan praktik pendidikan di level pelaksana.

Pendidikan tidak cukup hanya pada domain kognitif dan psikomotorik namun harus mencakup domain afektif dan moralitas. Bila penggarapan domain kognitif dan psikomotorik dilakukan hanya dengan “pen-cekok-an informasi“ lewat hafalan dan tidak menggalakkan rasa keingin tahuan dan kreatifitas, maka yang terjadi adalah pengajaran satu arah; mendikte dan memonopoli kebenaran. Di perparah lagi sistem penilaian (assesment), hanya dengan mengukur hasil pencapaian akademis parsial sesaat dan mengabaikan proses dan cara otentik mencakup karakter serta berbagai kecerdasan dan bakat lainnya.

Secara ideal tujuan akhir pendidikan seharusnya melahirkan manusia yang dapat mencapai kebahagian dan kesejahteraan didunia dan akhirat.

Hasil penelitian menunjukkan pembangunan kapasitas reflektif dan moral individual lebih penting dari tujuan akhir.

Pembangunan ekonomi suatu negara dan kesuksesan karir individual lebih banyak ditentukan oleh kasitas reflektif, kreatif dan kekuatan moral (karakter ), bukan kepemilikan informasi ataupun keterampilan vokasional dan teknis profesional seperti yang menjadi ciri pendidikan reduksionis yang terjadi pada sistem pendidikan kita saat ini.

Perspektif pendidikan kita kedepan seharusnya melahirkan generasi yang cerdas dan terampil tidak hanya terbatas pada pencapaian legitimated, tetapi juga generasi muda yang berani berkompetisi mempunyai akhlak dan moral yang teruji sebagaimana diamanatkan oleh amandemen UUD 45 pasal 31 ayat 3 dan UU Sisdiknas 2003.

Masih sangat relevan petuah Ki Hadjar Dewantara bapak pendidikan kita pada masa sekarang ini: Ing arso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani yang artinya: didepan memberi tauladan, ditengah membangun karya, dibelakang memberi dorongan.

Selamat Hari Pendidikan Nasional 2012. (Supardi, S.Sos)

Message Us on WhatsApp