Ayo Ke Museum Bank Indonesia

Dunia museum di Indonesia sepertinya selalu berada di pinggiran . Orang enggan berkunjung karena ada kesan museum merupakan “gudang benda-benda tua” orang lebih suka mengajak anaknya jalan-jalan ke mall daripada ke museum . Orang bilang mana ada museum yang “kinclong “ ??. Memang banyak museum di Indonesia yang menampilkan kesan “renta” . Tetapi tidak demikian saat saya berkunjung ke Museum Bank Indonesia yang terletak di daerah Kota Tua Jakarta tepatnya di jalan Pintu Besar No 3 Jakarta Barat

Museum Bank Indonesia

Museum Bank Indonesia sangat megah dan indah tidak hanya itu di tempat inilah museum benar-benar menjelma sebagai gudang ilmu yang menghadirkan tidak hanya gambaran masa silam tetapi juga harapan masa depan yang mengundang kekaguman pengunjung . Karena disini disuguhkan sebuah perpaduan kemegahan arsitektur bangunan Belanda dan kecangihan teknologi saat ini yang mengundang kekaguman saya .

Saat saya memasuki gedung pengunjung langsung melihat 12 Loket Kasir yang kokoh berada di ruang pelayanan pengunjung Museum Bank Indonesia yang digunakan sejak masa De Javasche Bank dan kemudian saya masuk ke ruang pengunjung “front office” yang bergaya minimalis, selanjutnya ke ruang peralihan yang menyajikan permainan interaktif melalui proyektor khusus menampilkan serangkaian mata uang yang melayang dan akan memberikan informasi ketika pengunjung menangkap salah satu mata uang tersebut. Permainan yang menarik.

Front Office Museum Bank Indonesia

SEKILAS SEJARAH

Museum ini adalah bangunan cagar budaya. Pada awalnya merupakan bangunan Binnenhospital rumah sakit di Batavia tahun 1643. Kemudian mulai 5 Mei 1830 menjadi gedung De Javasche Bank.Merupakan bank yang terpenting di Hindia Belanda. Terjadi perombakan dan perbaikan terhadap gedung dan bangunan sampai akhirnya pada ulang tahun ke 100 ( 1928 ) De Javesche Bank memiliki kantor yang dapat mencerminkan posisi penting mereka

Ciri gedung ini bergaya neo-klasik dan unsur lokal terlihat megah , dihiasi dengan kaca patri beragam motif . Setelah kepindahan seluruh fasilitas dan pegawai Bank Indonesia ke Kompleks perkantoran yang baru di jalan MH Thamrin , oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia gedung ini ditetapkan sebagai museum hal ini sejalan dengan kebijakan Pemda DKI yang yang menjadikan daerah Kota sebagai kawasan bersejarah Jakarta Kota Tua.

Langkah pertama adalah melakukan konservasi bangunan dengan merestorasi bangunan peninggalan Belanda tersebut dengan mempertahankan secara fisik sesuai bangunan tahun 1937 . Kemudian menyusun perancangan secara menyeluruh dibantu para ahli permuseuman, interior, teknologi informasi, mekanikal elektrikal sehingga menghasilkan cetak biru Museum Bank Indonesia.

Untuk pelaksanaan pembangunan tata pamer museum dilakukan secara bertahap , tahap pertama diresmikan tanggal 15 Desember 2006 oleh Gubernur Bank Indonesia dan tahap kedua oleh Presiden RI tanggal 21 Juli 2009 Susilo Bambang Yudhoyono .

Mengapa Museum Bank Indonesia dibangun ? Hal ini mengingat Bank Indonesia merupakan bank sentral yang didirikan tahun 1953 merupakan lembaga yang sangat vital dalam kehidupan ekonomi nasional karena kebijakan-kebijakanannya berdampak langsung pada perekonomian bangsa. Tetapi tampaknya sebagian besar masyarakat belum memahami tentang tugas dan fungsi Bank Indonesia sehingga sering terjadi salah persepsi masyarakat terhadap Bank Indonesia. Sementara itu gedung kantor Bank Indonesia merupakan peninggalan bersejarah De Javasche Bank yang terancam rusak dan tidak dipergunakan lagi padahal telah ditetapkan pemerintah sebagai bangunan cagar budaya , dan Bank Indonesia juga memiliki benda-benda dan dokumen-dokumen bersejarah yang perlu dirawat dan dikelola. Untuk tujuan itulah Museum Bank Indonesia dibangun .

DISPLAY YANG MENAWAN

Berkunjung ke museum tapi tidak membosankan ini saya rasakan saat saya berkunjung ke museum Bank Indonesia. Selain memang gedung yang megah dan indah penataan display juga dibuat mampu menampilkan sebuah alur cerita tentang perjalanan sejarah dan tugas yang diemban Bank Indonesia . Ada ruang Audio Visual untuk melihat film sejarah Bank Indonesia yang dilengkapi sound system yang baik .

Kemudian saya masuk ke dalam ruang sejarah Bank Indonesia . Suasana ruang diciptakan dengan konsep modern dilengkapi dengan multi media antara lain diorama, touchscreen, sound dome dan TV Plasma . Ruang ini dibagi dalam dua tema besar yaitu Sejarah Pra Bank Indonesia dan Sejarah Bank Indonesia yang ditampilkan secara visual dan dirunut secara historis.

Pengunjung tinggal menekan tombol maka akan muncul narasi dan visualisasi informasi yang dibutuhkan

Sejarah Pra Bank Indonesia dimulai dari masa perdagangan nusantara , kedatangan VOC sampai pendirian De Javasche Bank dan nasionalisasi DJB menjadi Bank Indonesia . Sedangkan sejarah Bank Indonesia dibagi dalam periode 1953-1959, 1959 – 1966, 1966 – 1983, 1983 – 1997 , 1997 – 1999, 1999 – sekarang.

Menyusuri museum ini saya juga tertarik saat memasuki ruang penerbitan dan pengedaran uang . Di ruang ini pengunjung akan mengerti karena dijelaskan secara detail proses penerbitan uang sejak perencanaan awal, pencetakan, proses pengedaran,pencabutan dan penarikan uang sampai proses pemusnahan.

Ada juga Ruang Numinastik yang menimpan berbagai koleksi numinastik berupa koin, uang kertas dan token yang pernah beredar dan digunakan oleh masyarakat seluruh dunia disimpan . Tata Pamer Ruang koleksi Numinastik berupa vitrin kaca dilengkapi tata cahaya yang berfokus pada narasi dan koleksi . Sedangkan Koleksi Numinastik valuta asing dari seluruh negara di dunia dipamerkan secara efisien dengan menggunakan sliding vitrin. Dan sebuah ruang yang membuat saya berdecak kagum , yaitu saat memasuki ruang Emas dan Monoter .Di ruang ini dipamerkan tumpukan ” emas batangan” yang diletakkan di dalam etalase kaca, ditengah-tengah ruang khasanah. Benar-benar persis emas asli. Ditunjang tata lampu yang baik warna kuning emas tampak berkilat . Ruang ini memiliki fungsi untuk memberikan informasi tentang peran emas yang sangat besar dalam sejarah perkembangan sistem monoter dari waktu ke waktu.Emas merupakan komponen cadangan devisa negara. Salah satu interaktif di ruang Emas Monoter pengunjung dapat memegang dan merasakan berat emas yang dimiliki oleh Bank Indonesia sebagai cadangan devisa.

Museum Bank Indonesia juga menyimpan benda-benda bersejarah terkait Bank tersebut diantaranya : Koleksi buku-buku kuno warisan De Javasche Bank salah satunya adalah buku kas tulisan tangan , Mesin Cetak uang Rupiah Masa Awal Kemerdekaan, Mesin Ketik Kuno Merk Underwood Elliot Fisher, dan telepon berdiri Ericsson buatan tahun 1950 -1960 .

Setelah selesai mengelilingi museum saya keluar dan kembali berdiri di beranda depan, selain loket-loket kasir yang kokoh mata saya menyapu hiasan kaca patri yang elok diatas tembok depan, sinar matahari masuk disela-selanya dan membiaskan warna-warni yang menawan . Berkunjung ke museum ini sungguh mengasyikan . Ayo , mengapa anda tidak mencoba berkunjung ke sana ?????? (Triwibawani, Mr.)

Message Us on WhatsApp