Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Bali Post
Tipe: Koran
Tanggal: 1989-02-26
Halaman: 05

Konten


EBRUARI 1989 erak kebebasan peng- byektivitas memang untut, lebih-lebih da- puisi. Bila penikmat bagai kritikus maka a melangkah dengan aspek-aspek empirik an oleh penikmat pui- si dapat dijamah dan Dih dalam. Penikmat dak sebagai pengana- capainya suatu bentuk melainkan secara total seluruh di- yang dihadapinya. nikmat mungkin tidak gatakan bentuk perte- tetapi di dalam hati- erjadi dialog timbal- n akrab. Tanpa pisau k-aspek puitik yang dalam puisi me- n penikmat. Inilah se- apresiasi sastra (puisi) Haannya sering dilupa- terlalu terpukau de- at ilmiah. alah gelimangi kerelatifan. dunia ilmu dan beta- -"kedisiplinan ilmu asa patah manakala mengebor hakekat ncari kritik sastra khas aklah identik dengan a orang yang mencari yang mampu lewat salabim lantas segala di mencair. Imbauan nya tidak menjurus ke menggebrak para pa- onesia ketika dia ber- akarta tempo hari: ksudkan adalah upaya an kritik sastra khas batas dapat memper- metode-metode kri- nia selama ini. ianya arif untuk tidak gistimewakan figur Goenawan Moha- N. Toda, Subagio Sas- Sapardi Djoko Damo- C. Bachri, Yakob Su- rrie Layun Rampan ya yang selama ini pu- menggeluti dunia kri- Mereka besar sebagai am situasi masing- iliki pendapat sendiri- menelaah ciptasastra. ma terjadi pula di luar- ana pendapat Harry Teeuw, Andre Gide, serta sejumlah pakar wa berbeda satu dengan Dan perbedaan- tersebut pada hakekat- memperkaya wawasan penikmat ciptasastra -- s cakrawala apresiasi sastraan bagi kalangan wam yang ingin mening- inya sebagai intelek- UKI kui dunia N MINGGU, 26 FEBRUARI 1989 C 55 MARTIN 89 Ba aru saja saya hendak membuka pintu ger- bang rumah, mendadak motor tukang POS itu berhenti di be- lakang saya. O, ada surat buat saya. Setelah mengucapkan terima kasih, saya pun me- lenggang masuk rumah. Sampai di kamar, saya buka surat itu. Karlina? Nama itu tertera dengan rapi di pojok kanan bawah surat berikut tanda-tangannya. Cepat-cepat saya baca isi surat itu. Ih, saya jadimuak. Betapa tidak? Sete- lah tiga tahun berpisah dan tak pernah sama sekali berjumpa, eeh.. Karlina mendadak ingin jumpalagi. Apa sih maunya? Padahal perpisahan yang ter- cipta pun semula berasal dari dirinya. Saya ingat sekali kata- katanya sebelum ia berangkat ke Jakarta. "Erditta, aku tak ingin lagi melihat kamu!" Be- gitu menusuknya kata-kata Karlina. Makanya, setelah mo- bil mewahnya yang khusus mengantar dia ke rumah saya cuma buat mengucapkan kali- mat itu pergidari depan ru- mah, seketika itu juga saya banting pintu rumah. Aku ju- ga tak ingin melihatmu lagi, kutuk saya. Tapi sekarang? Se- telah sama-sama kelas tiga SMP, mengapa Karlina ingin bertemu? Mengapa dalam su- ratnya ia tuliskan rindu, ka- ngen, dan begitu ingin jumpa dengan saya? POS ANAK- ANAK KARLINA Tjitra Juni Kembali terbayang masa- masa lalu saya bersama Karli- na. Dia anak indo. Mamanya orang Prancis, sedangkan papanya orang Bali. Rumah- nya satu kompleks dengan ru- mah saya. Karlina yang mu- ngil, cantik, menggemaskan WART BUAH HATI 3/ dan punya rambut keemasan itu selalu mendapat pujian bila dia hadir dalam latihan sepatu roda yang selalu diadakan se- tiap hari minggu di lapangan tempat warga kompleks se- nam. Setiap mengitari lapang- an, tepukan meriah selalu ter- tuju bagi gadis mungil itu. Saya sampai iri setengah mati. Setiap saya lewat, tak ada tepu- kan meriah buat saya. Ih, ma- ka itulah saya jadi ngebet dan serius sekali berlatih sepatu ro- da. Saya pikir, masak cuma Karlina saja yang unggul? Saya -Erditta- juga bisa unggul. Benar, waktu perlombaan se- patu roda untuk usia sebelas tahun yang diadakan oleh war- ga Kompleks tempat tinggal kami, saya ternyata keluar se- bagai juara pertama. Karlina cuma bisa menduduki pering- kat kedua. Wow... alangkah bahagianya saya. Ketika saya salami Karlina, eh... dia mem- buang muka. "Karlina," panggil saya. Karlina malah menjauh. Hadi- ah yang ada di tangannya ia remas-remas, sepatu roda yang tergantung di lehernya berayun-ayun seiring dengan kakinya yang berlari-lari men- dapati mamanya. Dan seperti yang saya duga, sejak itu Kar- lina menjauhi saya. Setiap ber- temu, ada saja yang membuat kami bertengkar. Dalam latih- an sepatu roda juga dia berbuat yang tidak-tidak. Pernah sua- tu kali ketika saya sedang asyik meluncur mengitari jal- an beraspal halus di seputar la- pangan, tiba-tiba saja dari arah belakang Karlina juga melun- cur cepat, lalu kaki kanannya "Hoo....reee.... kenalan yok ama saya", pinta adik manis ini yang bernama Putu Arisnawati. Lahir 2 Februari 1985 Desa Takmung; Klungkung. Bintang Pisces, hobi nyanyi dan nari. Besar nanti bercita-cita pinggin jadi penari yang tenar. Lewat kolom ini Arisan nitip salam buat Papa dan Mama salam sayang selalu deh Serial ZAN Grup Bahrun Hambali Zmembukakan en sebagai tuan rumah pintu. Pengendara sepeda motor itu memperhatikan Zen. Senyum kecilnya terkembang. "Apa kabar, Zen?" "Wati!" Zen terpekik kaget. Sama sekali tidak disangkanya bahwa yang berada di depan nya adalah Wati si anak papi yang minggu lalu ban bela- kang sepeda motornya telah di- kempeskan Zen. "Boleh aku masuk?" Gadis itu memandang Zen dengan pe- nuh harap. Zen mengang- gungkan kepalanya ragu. "Hai, kukira kamu siapa. E... e...e, nggak tahunya musuh si Zen!" Novi memberikan tempat duduknya untuk ditempati Wati yang baru datang. Astrid dan Arif ikutan memberi sa- lam. Cuma Zen yang terlihat agak kikuk siang itu, sementa- ra ketiga temannya nampak akrab dengan Wati. "Aku tadi ke rumahmu, Nov. Tapi mamamu bilang kamu ke- mari. Ya aku susul kemari juga!" "Kamu mengundangnya ke- mari ya, Nov?" Zen mulai mem- perlihatkan penyakit rewel- nya, cepat marah apabila ada sesuatu yang tidak disukai- nya. Mungkin penyebabnya adalah Wati yang tidak diun- dang Zen untuk menghadiri rapat kecil ZAN Grup dengan Arif siang ini! begitu saja menggait kaki kiri saya. Kemudian cepat-cepat ia berlalu meninggalkan saya yang terpental jatuh di aspal. Saya tidak berteriak kaget ataupun memakinya. Saya ha- nya tercengang menatapi lutut BUAH-BUAHAN yang ber- saya yang beset-beset meng- eluarkan darah. Sampai saat Sedangkan penutup kepala gantungan namanya mangga. ini bekas luka di lutut itu ma- sih tampak. Dan Karlina agak- nya cukup puas melihat saya tidak bisa latihan sepatu roda selama dua minggu. Karena lutut saya ngilu. yang bentuknya bulat-bulat mirip tudung saji itu namanya helm. Gunanya untuk melin- dungi kepala agar lebih aman bila sedang mengendarai sepe- da motor dan apabila terjatuh, kepala tetap terlindung. Itu ta- di kegunaan helm yang diper- gunakan para pengendara kendaraan. na Agaknya tidak hanya dalam latihan sepatu roda saja Karli- na menciptakan mendung di antara kami. Dalam latihan se- nam juga. Saya heran, cuma gara-gara kalah perlombaan saja, dia tega membuat kaki saya keseleo dan membengkak di dekat tumit. Waktu itu saya sedang berlari hendak melaku- kan salto. Tiba-tiba kaki Karli- menjulur menghadang saya. Tak ayal kaki itu saya in- jak tetapi yang jatuh justru saya. Bukan cuma jatuh sih, tapi keseleo juga. Tante Ros pe- latih senam itu memarahinya. Karlina dengan wajah meme- las mengatakan bahwa ia tak sengaja. Dan dengan sung- guh-sungguh pula ia minta maaf. Saya menerimanya. Ter- nyata ia cuma berpura-pura. Begitu keluar dari Aula ia men- cibir pada saya. Menatap kaki saya yang bengkak itu dengan tatapan mensyukuri. Huh, ke- pingin rasanya saya memen- dang bibirnya yang mencibir dan matanya yang liar serta ju- das itu. - Sejak itu kesabaran saya ha- bis rasanya. Saya bukannya. mengalah, tapi justru berusa- ha membuatnya kalah dalam segala hal. Kepalang disakiti, saya lawan saja. "Aku yang ingin datang sen- diri kemari, dengan kemam- puanku sendiri tanpa dipeng aruhi oleh orang luar. Kalau Dalam sepatu roda, senam, les organ, renang semuanya saya usahakan supaya berada di atas Karlina. Yang terakhir yaitu ketika kami sama-sama duduk di kelas enam SD, saya benar-benar mengalahkan Karlina. Dulu waktu kelas li- ma SD, Karlina yang mendu- duki ranking pertama sekali- gus juara umum. Tetapi kelas enamnya sayalah yang mere- but rankingnya sekaligus juga juara umumnya, Dan Karlina? Ow... dia turun drastis. Cuma duduk di ranking tujuh. Begitu pembagian raport se- lesai, saya tak melihatnya lagi. Teman saya bilang dia sudah pulang. Wah, padahal saya hendak menyalaminya dan menanyakan SMP mana yang akan dia tuju. Ternyata sorenya Karlina datang. Hanya untuk meng- atakan "aku tak ingin lagi me- lihat kamu". Setelah itu selesai. Benar-benar saya tak pernah melihatnya lagi. Kami me- mang satu kompleks, tetapi jauh juga rumah dia. Saya di blok E sedangkan Karlina di blok K. Jauh lagi masuk ke da- lam. Dan kabar terakhir saya dengar, Karlina pindah ke Ja- karta sekaligus mencari SMP di sana. Yah, saya lega. Akhir- nya pergi juga anak itu. Tetapi sekarang? Tiba-tiba saja suratnya datang. Kepi- ngin ketemu pula! Mau apa dia? Mau mengajak berteng- kar seperti dulu lagi? Rasanya saya tak ingin bertemu. "Tapi ketika muncul keinginan saya untuk melihat seperti apa (Bersambung ke Hal XI, kol 6) Sri GRIG 1640 "Aku malah ingin membantu kalian!" yakin Wati dengan anggukan. Zen mendengus dan mencibirkan bibirnya. "Membantu. Huh, membantu Serba-Serbi Helm alat komunikasi. Alat-alat un- tuk mengurangi suara bising dan untuk mengurangi gon- cangan. Pilot-pilot pesawat tempur moderen yang kecepat- an pesawatnya melebihi suara, menggunakan helm yang di- rancang khusus untuk setiap penerbang Lebih sulit lagi helm untuk para antariksawan. Helm ini dipasang di kepala dan disam- bung dengan pakaian astro- nout yang hampa udara, sam- bungan ini di bagian leher. Di dalam helm banyak terdapat bermacam- alat-alat yang macam, seperti juga mikropon dan lain-lainnya. Bagian dep- an untuk pelindung muka as- tronout terbuat dari meteorit. Para karyawan pabrik dan proyek-proyek juga meng- gunakan helm. Begitu juga pa- ra insinyur dan para pekerjaar tambang. Helm para pekerja ini terbuat dari plastik. Guna untuk melindungi kepala ka- lau ada batu yang tiba-tiba ja- tuh dari atas langit-langit tam- bang, atau dari bangunan yang bertingkat lima puluh. Helm itu banyak gunanya, dan yang menggunakan tidak saja pengendara kendaraan. Sejak jaman dahulu manusia sudah menggunakan helm. Helm bahasa latinnya HEL- MET Helm jaman dahulu yang dipergunakan oleh pasukan senopati perang dinamakan Topong. apa?" "Siapa tahu kalau Wati me- mang dapat membantu kita da- lam memecahkan masalah yang sedang kita hadapi ini, Zen. Apa salahnya, kalau kita menerima kehadirannya ini? Nggak ada-kan? Astrid men- coba membela Wati. Adipati Karna, senopati per- ang yang termasyur itu, bila maju ke medan laga naik kere- ta, menggunakan helm peng- aman. Nampak gagah ketika Adipati perang Bratayuda menggunakan helm itu. Prajurit Inggris seratus ta- hun sebelum masehi sudah menggunakan helm. Helm jaman dahulu dibuat dari per- unggu, begitu juga prajurit prajurit Yunani kuno, Jerman dan Ivanhoe. Prajurit-prajurit Mesir dan Asiria kuno juga demikian. Menurut dongeng, Golith keti- ka perang mengalahkan rak- sasa juga menggunakan helm besar. Helm yang diperguna- kan Golith beratnya 23 kg. Helm jaman dahulu guna- nya untuk melindungi kepala di saat perang. Maka dari itu helm dibuat dari bahan yang kuat, bentuknya besar-besar dan amat berat kadang- kadang sampai 9 km. Dan helm ini diberi ukiran-ukiran yang indah. Helm-helm perang jaman da- hulu bentuknya bermacam- macam, ada yang bundar- bundar seperti tedung saji, ada yang lonjong seperti lonceng, dan ada pula yang tinggi lan- cip seperti mahkota. Para satria jaman dahulu, bi- la berperang menggunakan perisai terbuat dari baja dan kuda yang mereka tunggangi juga diberi pelindung, agar terhindar dari serangan musuh. Tapi, kira-kira abad ke-18 perisai dan helm yang berat- berat itu sudah tidak diper- gunakan lagi. Dan manusia te- lah beralih ke senjata yang le- bih modern dan praktis. Tamu tak Diundang kamu merasa tidak senang de- 'ngan kehadiranku, aku minta maaf. Tapi aku mohon agar ka- mu membiarkan aku ikut ber- gabung bersama kalian. Tidak keberatan kan?" Wati meman- dang Zen, lalu pada Novi dan Astrid untuk meminta pertim- bangan mereka. "Aku kebe......" "Wati tidak akan mengang- gu rapat kita, Zen! Percayalah!" tukas Novi. Zen memandang Novi tajam. Mukanya mengeras menahan amarahnya. "Aku jamin, dia tidak akan merusakkan acara rapat kita. Begitu-kan, Wat?" Wati meng- angguk untuk lebih meyakin- kan Zen. Selanjutnya helm kuno yang besar bagus dan berukir-ukir itu hanya dijadikan barang pa- jangan dan disimpan di mu- seum. CANDIGE Helm yang dipergunakan pada jaman perang dunia I dan II dibuat dari baja. Meskipun kena tembak, helm itu tidak pecah. Jolan begitulah panggilan adik centil ini. Nama lengkapnya L. Jolandha Dewi Charolina dan tangisnya berkomandang pertama pada 20 Maret 1986. Berarti Jolan di bawah naung bintang Pisces dan besar nanti bercita-cita ingin jadi orang yang beriman. Alamat rumah Jln. Wr. Supratman Kesiman, Denpasar. Lewat rubrik ini ia nitip salam buat, kakek, mbah, om-om, dan Eyang di Geren- ceng semoga sehat selalu. Helm yang dipergunakan penerbang pesawat tempur, le- bih banyak perlengkapannya. Selain itu untuk melindungi kepala dari pecahan-pecahan proyektil juga dipasang alat- www. Bali Post "Mungkin Zen merasa tersai- ngi karena kehadiran Wati!" "Apa maksudmu, Rif?" tanya Zen ketus. (int "Sederhana saja. Tadi, Zen masih berpredikat sebagai "Detektif Kita". Namun seka- rang, Wati mungkin bisa me- mecahkan masalah yang se dang kita hadapi maka predi- kat itu otomatis akan disan- dang oleh Wati!" jelas Arif. "Dengan kata lain Zen cem- buru, begitu?" Arif menganggukkan kepala- nya. Ekor matanya melirik ke arah Zen, sedang dia sendiri te- lah bersiap-siap untuk meng- hadapi kemungkinan- kemungkinan yang tidak di- harapkannya dari reaksi Zen atas penjelasannya tadi. Wati cuma tersenyum- senyum kecil memperhatikan perang mulut itu. Helm yang masih berada di kepalanya se- gera dibuka. Dikibas- kibaskannya rambutnya yang terpotong pendek dengan ta- ngan kanannya. "Nah, kami semua telah da- pat menerima kehadiran Wati! Sekarang terserah kamu, Zen, karena kamu sebagai tuan ru- mah di sini!" Novi menengahi Para pembalap, petugas ke- bakaran dan olahragawan yang menggunakan body con- tact juga menggunakan helm. Petinju sekarang juga meng- gunakan helm untuk melindu- ngi kepala. Pemain sofball juga dari menggunakan helmet kulit. Begitu juga para anggota pasukan anti huru hara atau triot control juga menggunakan helm untuk menghindari se- rangan-serangan dari para de- monstrasi yang tidak di- inginkan.*** Kiriman Ida Kartika Sari Bromo 1/86 Denpasar Greek, 5th century B.C. (bronze with domed top) BRITION MUSEUM Etruscan, 474 B.C. METROPOLITAN MUSEUM OF ART, ROGENS FUND, 1907 tah di sebuah semenanjung. Raja yang memerintah negara itu sangat kejam. Rakyat sam- pai takut. Diantara mereka ba- nyak yang pindah ke negeri lain. Puteri Carmen bersedih hati, karena Margarita, sahabatnya juga akan pindah ikut dengan orang tuanya. "Sahabatku, tinggalah tetap disini. Aku menjamin keselamatanmu", kata puteri Carmen. Dom "Dengan senang hati aku akan mengikuti petunjuk Pu- tri. Tetapi kami tidak bisa ma- kan di negeri ini. Sang raja te- lah merampas semua hasil pa- nen gandum orang tuaku. Ibu- ku jatuh sakit. Ayah mulai se- perti putus asa" jawab Marga- rita. "Oh... begitu menderitanya kalian?" kata Putri Carmen. "Kami tidak sen Putri, kami semua menderita. Selu- ruh rakyat dirampas hak mi- liknya. Bagaimana kami harus hidup di musim dingin kalau panen gandum telah dirampas semuanya?" jawab Margarita. Putri Carmen tidak me- pembicaraan di antara mereka yang agaknya sudah mulai memanas. Zen menatap Wati tajam. Akhirnya diulurkan- nya tangannya. agen "Baiklah. Tapi ini tidak ber- arti kalau aku dapat menerima seratus persen kehadirannya di sini!" "Asal kau sudah bisa meneri- ma kehadiranku saja, Zen. Biarpun hanya setengah-hati saja, aku akan merasa senang!" Wati menjabat tangan Zen. Bali Post/NS PRODUKSI KETIGA - "Tiga Putra Raja" ini adalah drama produksi ketiga dari Teater Taman Bocah Sanur. Walaupun kecil, tapi penuh kreativitas. "Tiga Putra Raja" Teater Taman Bocah DUA bait lagu, yang meng- ambil irama lagu "Dadong dauh", mengawali pementasan itu. Sayup-sayup, namun pas- ti. Prolog yang dituangkan da- lam bentuk lagu tersebut hing- gap di telinga penonton. Apa lagi tetabuhan dengan manis- nya mengiringi. "Eh, ini peristiwa yang maha langka, lho. Aduh, di mana ka- mera kita kamu letakkan, Nov?" Arif pura-pura sibuk mencari sesuatu. Novi dan As- trid sudah pasang senyum. "Cari apa, Rif? Kamera yang kita beli patungan semester la- lu itu? Ini lho di sini! Ini. Aduh jidatmu belum diasah rupa- nya! Sesekali kamu perlu mengasahnya dengan helm- nya si Wati. Wat. Tolong beri pinjam Arif, ya!" Novi me- narik tangannya dari dahi Arif. Astrid ikut-ikutan meme- gang dahi si konyol ini. "Ck..... ck.... kasihan. Kame- ra yang sudah pindah tangan aja disebut-sebut lagi, seperti baru beli kemarin aja!" Mau tak mau semua yang ha- (Bersambung ke Hal XI, kol 3) Dua orang bocah lalu keluar. Mereka adalah dua punaka- wan kerajaan. Mereka berdi- alog tentang suasana keraja- an, tentang pembangunan, tentang kemajuan, tentang ke- gembiraan, kesedihan, terka- dang mencemoh, terkadang memuji dan lain sebagainya yang selalu dihubungkan de- ngan masalah kedisiplinan. Adegan berlanjut dengan munculnya seorang putra mahkota beserta antek- Dongeng Kisah Bunga Mawar eribu tahun yang lalu, anteknya. Mereka bernyanyi dengan gembiranya. Karena diceritakan bahwa, putra mah- BRITISH MUSEUM Bronze, about 100 B.C. (found in London, Eng.) German knight, 1554 METROPOLITAN MUSEUM OF ART. FLETCHER FUND, 1923 kota yang sulung ini, memang gemar berhura-hura. Sedang asyiknya mereka bernyanyi, tiba-tiba kedua punakawan ke- rajaan memberhentikan mere- ka. Dialog terjadi. Putra mah- kota sulung cukup terkejut, sebab tidak mengetahui bahwa hari itu akan dilangsungkan sayembara pemilihan raja. Ini karena ajudan pribadinya, yai- tu si Lunjung, lupa me- nyampaikan berita penting tersebut. Akhirnya putra mah- kota sulung, mengurungkan niatnya untuk pergi ke pesta, bertekad mengikuti tapi sayembara dan yakin akan me- menangkannya. nyangka bahwa ayahnya sa- gat kejam terhadap rakyatnya. Ia akan membuktikan sendiri kekejaman ayahnya. Malam harinya, Putri Carmen menga- jak pelayannya keluar istana. Mereka menyamar sebagai ra- kyat miskin. Dengan demiki- an, mereka bisa menyusup ke perkampungan penduduk. Dari rumah ke rumah, Putri Carmen hanya mendengar ten- tang kekejaman ayahnya. Sampai pada sebuah rumah, ia mendengar tangis anak kecil. "Mama, Lola lapar, mama. minta roti....." tangisnya. Putri Carmen mengintip dari lubang pintu. Seseorang anak per- empuan masih kecil duduk di sudut ruangan. Tubuhnya ku- rus kering. Ia terus menangis karena lapar. Adegan bergulir demi adeg- an. Penontonpun terpaku akan kebolehan bocah-bocah yang berperan di atas pentas. Bocah- bocah itu begitu akrab dengan peran yang dibawakannya. Walaupun jelas-jelas mereka Penjelasan gambar: Kiri: Helm- antik, dari Yunani, Inggris, Etruska dan Jerman. Kanan: Helm-helm it modern untuk pasukan KKO, Astronout, pemadam kebakaran dan penerbang Al. dida! "Sayangku....., makan saja buah apel ini. Mama tidak mempunyai gandum untuk membuat roti. Semua panenan gandum disita oleh raja" jawab ibunya. Deg...., jantung Putri Car- U.S. Marines, 1942 U.S. MARINE CORPS U.S. fireman, 1960's AMERICAR OPTICAL CO nyediakan minuman anggur, ayam kalkun panggang dan roti berlapis keju. Tetapi Putri Carmen tidak mau makan. Ia teringat pada rakyat yang mis- kin dan kelaparan. Kemudian ia memanggil pelayannya. "Berapa banyak roti dan da- ging yang ada di dapur istana?" tanya Putri Carmen. "Ada seratus bongkah roti ta- war dan lima puluh ayam panggang" pelayan memberi keterangan. "Cepat, masukkan itu semua ke dalam keranjang. Lalu ikuti aku" perintahnya. Ketika fajar menyingsing, me- reka tiba di pedusunan. Rakyat pedusunan itu ada yang men- cangkul, mencari sisa-sisa kentang yang mungkin masih tertinggal. Ada yang memetik dedaunan, untuk penganjal perut supaya tidak lapar. Putri Carmen turun dari kudanya. Ia memberikan roti dan ayam panggang kepada mereka yang lapar. Rakyat gembira sekali dan berterima kasih sambil berlutut. Putri Carmen tidak mau disembah. "Menyembahlah kepada Tuh- an yang memberimu hidup. Ja- ngan menyembah kepadaku!" ucap Putri Carmen. Putri Carmen melanjutkan perjalanannya. Siang hari, ia tiba di sebuah perkampungan yang paling miskin. Putri Car- men sampai menangis, melihat rakyat yang kurus kering, de- ngan pakaian compang- camping. ADI COMPUTER Dealer resmi: men berdebar. Sahabat karib- nya memang tidak berdusta. Bergegas Putri Carmen kem- bali ke istana. Kelaparan, ke- miskinan, telah dilihatnya. Ternyata, selama ini ayahnya telah berbohong kepadanya. "Ajaklah orang-orang ke Ayahnya yang dikaguminya, sini!" tuturnya kepada seorang ternyata seorang perampok anak yang sedang mengisap terhadap rakyatnya sendiri. tangkai bunga. Tak beberapa "Untuk apa segala kekayaan lama berduyun-duyunlah ra- dan kemewahan yang kuper- kyat datang menghadapnya. oleh di istana ini?" Putri Car men bertanya pada dirinya sendiri. Pelayan kemudian me- Putri Carmen dan pelayannya segera memberikan roti dan pakaian. Ucapan terima kasih APPLE MACINTOSH IBM Datamini dan HI-TECH memerankan karakter yang bukan anak-anak. Tak jarang pula penonton tertawa geli, ji- ka sudut hati mereka tersen- tuh ujung dialog. Gerrrrr......! Teater Taman Bocah Pementasan "Tiga Putra Raja" yang merupakan pro- duksi ketiga dari Teater Tam- an Bocah ini, ialah dalam rang- ka ikut serta memeriahkan acara rutin tahunan Sekehe Teruna Teruni Udiyana Sari, banjar Taman Sari Sanur. Aca- ra seperti ini selalu dilaksana- kan untuk menyambut hari raya Galungan dan Kuningan. Dan untuk kali ini diberi nama Ragam Derap Udiyana Sari. Khusus untuk pementasan drama anak-anak "Tiga Putra Raja" telah dipersiapkan tiga bulan sebelumnya. Selain itu masih banyak juga mata acara Jl. Tk. Yeh Penet 2 (88034) Denpasar *JI. Imam Bonjol 99a (24769) Denpasar *Jl. Dewi Sartika 55 (21409) Singaraja. *JI. Gelatik 23-25 (21411) Mataram. U.S. astronaut, 1965 MASA U.S. Navy filler, 1960's Gambar Karya Sekolah Saksikanlah Demonstrasi Apple Macintosh Hari Minggu 8/1/89 (jam: 09.00 s/d 14.00) Wita Tempat: Jl Dewi Sartika 55, Singaraja. V.S. NAVY tak kunjung berhenti. Mereka hampir tak percaya akan mem- peroleh makanan dan pakaian pada hari itu. "Kami seperti bermimpi, apa- kah bidadari turun ke bumi membawa rejeki" tutur seo- rang kakek yang berjalan ter- tatih-tatih. Sementara itu, di Istana terjadi kegemparan. Ko- ki istana melapor kehilangan seluruh persediaan makanan untuk hari itu. Rajapun sangat murka. Lalu bersama huluba- (Bersambung ke Hal XI, kol 1) HALAMAN V Zebra Kecil dan Kijang : R.Ayu Teni Ca- hyani : T.K. Handayani Denpasar. yang dipentaskan pada Sabtu. 11 Februari yl. "Tiga Putra Raja" adalah se- buah naskah yang ironis, tam- pil dengan gaya karikatural, namun pada garis yang tegas. Naskah ini adalah hasil karya Wayan Sila Sayana, yang seka- ligus bertindak sebagai sutra- dara. Tata pakaian yang diatur dengan warna-warna yang mencolok, semakin memperte- gas perbedaan karakter dari tokoh-tokohnya. Babak terakhir adalah, sete- lah ketiga putra mahkota ber- siap untuk mengikuti sayem- bara, maka Raja Agung mulai mengumumkan sayembara. Raja Agung menyediakan tiga ekor kucing, siapa di antara ketiga putra raja yang dapat membunuh kucing yang telah disediakan, tanpa ada seorang- pun yang mengetahui, maka Raja Agung akan memilih seo- rang di antara ketiga putra mahkota sebagai raja. Kemudi- an ketiga putra mahkota me- lakukan perintah sayembara. Walhasil, Putra mahkota yang sulunglah yang pertama kembali ke kerajaan dengan kucing sudah terbunuh. Lalu disusul oleh Putra mahkota yang kedua. Tidak lama ke- mudian muncullah putra mah- kota yang bungsu. Dengan langkah gontai dan muka yang bersedih menghadap ayah Raja Agung. Semua hadi- rin menjadi bertanya-tanya da- lam hati. Apa yang telah ter- jadi? Hadir diantara anda Bukan sekedar menjual "Komputer" dan menjanjikan garansi Persahabatan jauh lebih utama untuk segala problema anda Himsa Karma Putra mahkota yang bungsu tidak membunuh kucing yang diberikan kepadanya. Lalu la berkata, "Biarlah hamba tidak menjadi raja, jika hamba harus membunuh makhluk ini. Mem- bunuh sesama makhluk hidup ialah perbuatan dosa, yang di- sebut Himsa Karma. Jadi ham- ba tidak sesa- membunu ma makhluk, hanya karena untuk meraih kedudukan," Se- mua hadirin kaget akan penda- pat putra mahkota yang bung- su. Maka Raja Agung memilih Putra mahkota yang bungsu sebagai penggantinya. Raja sudah dinobatkan Raja sudah dinobatkan Semoga Tuhan berkenan membim- bing dan memberkati Mencapai tujuan kita Masyarakat adil makmur. Mereka lalu bernyanyi lagi, mengakhiri lakonnya malam itu. Semoga langkahmu tak goyah Taman Bocah.. (Nyoman Suparthi). Jangan lupa dapatkan bonus tahun baru di setiap cabang LPKIN. C1980 2cm Color Rendition Chart