This Time for Africa digelar di Museum Konperensi Asia Afrika (KAA)

Sumber Foto: Sahabat Museum KAA

BANDUNG, MUSEUM KAA – Menjelang akhir tahun 2016, Museum KAA layak menjadi salah satu tujuan wisata edukasi di Kota Bandung. Pasalnya, di penghujung Desember 2016 memang terdapat banyak acara yang digelar di sana. Misalnya, pelatihan menari dan melukis, seminar nasional, pemutaran film, pameran, sampai wisata museum di malam hari.

Acara-acara itu bertema Afrika. Sebab, akhir tahun kali ini Museum KAA sengaja memilih tema This Time for Africa!. Melalui tema itu, Museum KAA ingin mempromosikan hubungan Indonesia-Afrika sejak peristiwa KAA 1955.

“Kementerian Luar Negeri  memiliki ikatan emosional dengan Afrika. Pasalnya sejak KAA 1955 hingga KAA 2015 Kemlu senantiasa terlibat aktif,” kata Sesditjen IDP Kemlu, Azis Nurwahyudi, Sabtu (17/12) di Museum KAA saat membuka resmi acara Pameran Negara Sahabat This Time for Africa!.dan sekaligus pemotongan pita dan didampingi oleh Kepala Monumen Pers Nasional Surakarta Suminto Yuliarso dan Plh.  Kepala Museum KAA Devi Noviandi.

Azis juga mengatakan kalau dalam era modern saat ini, politik luar negeri Indonesia menjalankan skala prioritas berdasarkan fokus kewilayahan. “Hubungan perdagangan Indonesia-Afrika masih merupakan non-tradisional. Untuk itu, Kemlu terus berusaha menggandeng keterlibatan para pemangku kepentingan nasional untuk mengembangkan peluang di Afrika,” urai Azis.

“Pameran temporer negara sahabat yang digelar di Musem KAA ini, misalnya!” imbuh Azis. Menurutnya, pameran itu sangat bermanfaat. Pasalnya, informasi yang disajikan berguna meningkatkan pemahaman kalangan akar rumput Indonesia maupun Afrika perihal hubungan Indonesia-Afrika.

Acara pembukaan dan peninjauan pameran disusul dengan seminar. Dalam seminar itu hadir Artanto Salmoen Warjadinata dari Direkorat Afrika Kemlu. Dalam penjelasannya, Artanto memaparkan, hubungan Indonesia-Afrika tak hanya dilatari sejarah tapi juga ikatan emosional yang kuat. Sebab, dalam kehidupan sehari-hari ada banyak kemiripan budaya antara Indonesia dan Afrika. “Mulai dari bahasa, budaya hingga kuliner banyak sekali yang mirip dengan di Indonesia. Ini lantaran kita berada di wilayah pengaruh Austronesia,” jelas Artanto yang pernah bertugas di KBRI Antananarivo Madagaskar.

Artanto melanjutkan, hubungan Indonesia-Afrika didasari ketulusan. Jadi, tidak semata hubungan diplomatis saja tapi ada hubungan kekeluargaan juga. Afrika tidak sebatas  geografis bagi kita tapi lebih dari itu akibat peristiwa KAA Afrika adalah keluarga kita,” lanjutnya.

Dalam rangkaian acara akhir tahun itu, Museum KAA bekerja sama dengan sejumlah lembaga dan komunitas. Di antaranya adalah Monumen Pers Nasional Surakarta, YAAA (Young African Ambassadors in Asiared), Sahabat  Museum KAA, dan komunitas film Layar Kita.

Agenda  kegiatan yang berlangsung di Museum KAA hingga akhir tahun:

  1. Kursus Lukis Afrika, 14-19 Desember 2016.
  2. SeminarThis Time for Africa!, 17 Desember 2016.
  3. PameranThis Time for Africa!, 17-31 Desember 2016.
  4. Pameran Hubungan Indonesia-Afrika dalam Ekspos Media, 17-31 Desember 2016.
  5. Kursus Tari Afrika, 20-24 Desember 2016.
  6. Pemutaran dan Diskusi FilmAfrica United (2010), 20 Desember 2016.
  7. Pameran dan Panggung Seni Sahabat Museum KAA, 30-31 Desember 2016.
  8. Night at the Museum KAA, 31 Desember 2016.

Melalui rangkaian acara itu, Museum KAA melibatkan masyarakat dalam mendukung pemerintah untuk menjadikan Afrika sebagai negara sahabat. Agar hubungan Indonesia-Afrika semakin baik.

Sumber: Museum KAA

Message Us on WhatsApp