SDPPI selengarakan Sinovik (Sistem Informasi Inovasi Pelaynan Publik) di Monumen Pers Nasional 02/12.
Kegiatan yang berlangsung diruang VIP Monumen Pers Nasional dibuka oleh ketua Pokja Layanan publik yang juga Seditjen SDPPI Sajan. Pada sambutannya ia mengatakan sebagaimana terdapat pada Kepmen Kominfo no. 555 tahun 2013 tentang layanan publik kedepan diharapkan akan lebih berkualitas dan prima. Untuk itu perlu dibangun Infra struktur yang kuat , peningkatan Sumber Daya Manusia dan segala sesuatu yang bersangkutan dengan layanan publik.
Lebih lanjut ia menegaskan kembali yang disampaikan Menteri Kominfo Rudiantara, bahwa paradigma pelayanan harus berubah dari pelayanan perijinan menjadi pelayanan publik dengan menggunakan Teknologi Informasi, misal: Pelayanan perijinan secara on line, pendaftaran perserta diklat secara on line, sehingga dapat meningkat kan efisiensi.
Pada tahun 2014 Kominfo sempat masuk dalam Top 99 sinovik namun pada tahun 2015 gagal dan diharapkan pada tahun 2016 nanti dapat kembali meraih prestasi tersebut.
Muhammad Imanuddin, asisten Deputi Bidang Inovasi Kementerian PAN dan RB sebagai pengarah mengatakan, Inovasi pelayanan publik merupakan keniscayaan, inovasi merupakan gagasan kreatif, untuk sementara ini inovasi mengarah kepada SKP eselon II Inovasi tergantung pada kebijakan pimpinan. Padahal seharusnya inovasi menjadi budaya organisasi.
Diluar negeri inovasi ada di front office sebagai garda terdepan pelayanan publik. Inovasi pelayanan publik harus mengarah pada kebaruan, 25 % kebaruan dapat dianggap sebagai Inovasi dengan menggunakan pola/ sistem ATM (Amati, Tiru dan Modifikasi)
Pelayanan publik meliputi 3 fase yaitu:
- Memunculkan Inovasi
- Mengembangkan Inovasi dan
- Melembagakan Inovasi.
Henry Subiyakto staf ahli Menteri Kominfo bidang media massa mengatakan, Teknologi informatika berkenaan dengan masa sekarang dan yang akan datang, Teknologi Informatika merubah keadaan perilaku dan budaya. Pada saat ini kita masih berkutat dengan layanan publik berbasis fisik dan mengarah kepada layanan publik dunia maya. Untuk itu pelayanan publik berbasis fisik harus diperkuat kultur budayanya terlebih dahulu, agar ketika terjadi transfer layanan publik dunia maya dapat diantispasi secara cepat dan tepat.
Henry mengatakan tidak hanya dunia fisik yang riil, dunia maya juga merupakan realitas yang sebenarnya, kedepan kita akan dihadapkan pada kehidupan serba smart, sebuah smartphone bukan lagi sekedar gaya hidup tapi telah menjadi kebutuhan primer yang mengatur kehidupan kita sehari-hari.
Kegiatan sinovik dikuti oleh puluhan peserta dari berbagai satuan kerja dibawah Dirjen SDPPPI Kementerian Kominfo berlangsung lancar dan diharapkan dapat memberikan rekomendasi untuk peningkatan pelayanan publik.(Supardi)