Revolusi di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) mendorong terjadinya perubahan yang mendasar terhadap praktek komunikasi di dalam masyarakat. Media cetak semakin terancam eksistensinya seiring dengan maraknya media penyiaran seperti dengan hadirnyaonline media dan social media.
Namun begitu, perkembangan dinamika media pers sejak era reformasi sangat meningkat tajam. Media pun baik secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi menunjukkan keberpihakannya pada pihak-pihak tertentu, termasuk dalam hal ini adalah pemilik media. Jika hal ini terus berlanjut, tentu saja penciptaan budaya demokrasi yang mensyaratkan well informed community menjadi tidak kondusif bagi.
Hal tersebut disampaikan oleh Drs. Sunaryo selaku Direktur Pengelolaan Media Publik Ditjen Kementrian Komunikasi dan Informasi (Kemkominfo) saat didaulat menjadi salah satu narasumber dalam Seminar Nasional bertajuk “Eksistensi Pers, Sampai Kapan?” yang diselenggarakan oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi (FISKOM) Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), Kamis (12/3) di Auditorium FTI UKSW.
Drs. Sunaryo mengungkapkan seyogyanya peran media adalah sarana penyampai informasi, hiburan, edukasi, serta kontrol sosial. “Namun kenyataannya media saat ini lebih menitik beratkan pada urusan informasi dan hiburan dengan alasan komersial. Urusan edukasi kurang dapat perhatian. Sedangkan praktek kontrol sosial seperti disalah gunakan untuk kepentingan politik,” katanya.
Lebih lanjut Sunaryo mengatakan, disinilah peran pemerintah perlu ditunjukkan. Pemerintah perlu berperan untuk memastikan tercapainya tujuan demokrasi yang berkualitas. Demokrasi pers harus disertai dengan etika komunikasi di ruang publik serta transparansi informasi. “Untuk mendukung hal tersebut, saat ini pemerintah sedang membentuk media center. Sehingga segala informasi yang muncul kemasyarakat bisa terkoordinir,” imbuhnya.
Karakteristik Media
Turut menjadi narasumber dalam seminar ini adalah Sri Hastjarjo, Ph. D dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta serta Dr. Bambang Suteng Sulasmono, M.Si dari UKSW dengan moderator Sampoerna, S.Pd.,M.Si Dosen FISKOM.
Sri Hastardjo yang juga merupakan seorang pengamat media ini mengatakan, dengan segala karakteristik yang dimilikinya, media cetak akan terus eksis dan tidak akan pernah mati. Hal tersebut tak lain disebabkan karena madia cetak masih dianggap lebih unggul dalam memenuhi etika jurnalisme dibandingkan dengan media lain.
Hal tersebut ditegaskan oleh Dr. Bambang Suteng Sulasmono, M.Si. Beliau mengakui bahwa pers media cetak lebih mampu untuk mencegah informasi yang tidak etis serta menyajikan berita dengan lebih akurat dan berimbang.
“Dibandingkan dengan media lain, pers lebih dapat dipercaya dalam menyajikan informasi, dalam pemberitaannya. Dalam mengonstruksi fenomena menjadi berita, pers memiliki nilai-nilai, etika, dan kaidah-kaidah, agar informasi yang diproduksinya obyektif. Hingga kini, pers dianggap lebih patuhpada nilai-nilai jurnalisme itu dibandingkan media lain. Kepercayaan masyarakat terhadap obyektivitas pemberitaan pers terletak di sini,” pungkasnya.
Seminar Nasional yang terselenggara berkat kerja sama FISKOM UKSW dengan Monumen Pers Nasional Surakarta ini dihadiri oleh sedikitnya 100 undangan yang berasal dari Pemerintah Kota Salatiga, perwakilan dari instansi pemerintahan yang ada di Salatiga, serta beberapa tamu undangan lainnya.
Dewi Kartika Sari, M.Ikom selaku ketua panitia menuturkan bahwa secara khusus acara ini diselenggarakan untuk meningkatkan pemahaman civitas akademika baik di lingkungan FISKOM UKSW serta insan pers di Salatiga dan sekitarnya terhadap eksistensi pers di Indonesia saat ini. “Kami berharap melalui seminar ini pemahaman peserta terhadap eksistensi pers di Indonesia menjadi semakin terbuka, serta tidak munculnya ketakukan akan tenggalamnya media cetak ditengah kehadiran media pemberitaan lain,” ungkapnya. (chis/upk_bphl/foto:chis).
Sumber : Fokus UKSW