Kabar Baik dari Monumen Pers Nasional

Beberapa tahun lalu, memasuki Monumen Pers Nasional (MPN), Solo, Jawa Tengah, layaknya memasuki bangunan kuno yang berhantu. Singup kalau orang Jawa bilang. Cat tembok bangunan yang kusam, sarang laba-laba di sudut-sudut ruangan, gang antar bangunan yang gelap adalah gambaran dari unit pelaksana yang berada di bawah Kementerian Komunikasi dan Informasi itu. Dingin dan murung.

Kini kesan itu telah berubah. MPN sedang berbenah. Makin banyak warga berbagai kalangan yang ingin mengetahui dan atau memanfaatkan fasilitas MPN. Jumlah kunjungan selama 2014 mencapai angka 50.000 orang, meningkat lebih dari tiga kali lipat dibanding 2013 yang hanya berada di angka 13.000 orang.

Dua fasilitas umumnya makin banyak dikunjungi warga, media center dan perpustakaan. Media center berada di lantai I gedung utama, semacam fasilitas warnet tapi gratis. Ada tujuh unit komputer (kalau sedang tidak ada yang ngadat) dengan sistem Ubuntu maupun Windows. AC-nya dingin, pantas saja jika anak-anak berseragam ramai berkerumun di ruangan ini pada jam-jam setelah pulang sekolah, untuk membuka facebook, atau download film.

Perpustakaan berada di lantai II. Ada enam unit meja besar bersekat, dilengkapi kursi empuk bersandaran punggung. Nyaman untuk berlama-lama membaca. Ruang perpustakaan juga dilengkapi dengan AC dan Wifi. Jadi selain baca buku, ada juga pengunjung yang cuma “numpang” berinternet gratis sambil ngadem. Koleksi bukunya? Tentu saja lebih banyak yang berkaitan dengan dunia pers dan jurnalistik. Namun tidak berarti koleksi novel, buku tentang seni budaya, kamus, ensiklopedi dan biografi tidak bisa ditemukan di sini.

“Kami memang melakukan banyak pembenahan, di antaranya memperbaikan fasilitas yang diperuntukkan bagi publik,” kata Suminto Yuliarso, Kepala MPN saat ditemui di ruangannya beberapa waktu lalu. Menjabat sejak awal 2014, laki-laki yang akrab disapa Yuliarso itu bertekad membuat perubahan.

“Kami telah menyusun program-program untuk menjadikan Monumen Pers Nasional ini sebagai Rujukan Pers Berbasis IT,” katanya. Program itu memang sudah seharusnya dijalankan. Selama ini MPN telah menyimpan jutaan unit bukti cetak dari berbagai perusahaan penerbitan di Tanah Air, berupa surat kabar, tabloid, majalah hingga jurnal. Koleksi itu berasal dari era sebelum kemerdekaan hingga sekarang. Maka, dilakukanlah program digitalisasi koleksi bukti cetak yang ada di MPN.

Dikatakan Yuliarso, digitalisasi ini penting untuk mempermudah penyimpanan dan penggunaan data yang ada. “Koleksi bukti cetak itu merupakan catatan sejarah, baik sejarah bangsa maupun kehidupan pers itu sendiri.” Dia mencontohkan kasus surat kabar harian Pikiran Rakyat (Bandung) yang kantornya terbakar beberapa waktu lalu. “PR total loss, semua data hilang. Lalu, perwakilan PR datang kepada kami, untuk meminta koleksi bukti cetak yang memang selama ini rutin mereka kirimkan kepada kami. Kami bantu.”

MPN juga tengah menyiapkan program pemilihan duta MPN, yang nanti akan menjalankan fungsi public relation. “Formatnya semacam Sahabat MPN, kami akan pilih dari kalangan siswa SMA. Karena sosialisasi tentang keberadaan MPN sebaiknya memang dilakukan di kalangan generasi muda.” Yuliarso juga menganggap penting hubungan baik dengan media. “Mungkin sebelum-sebelumnya kami memang kurang dekat dengan kawan pers. Namun pada hemat kami dukungan pers itu mutlak diperlukan untuk merelisasikan program-program kami. Kami membuka diri kepada pers untuk bermitra.”

Sumber : https://etspotter.wordpress.com/2015/01/23/kabar-baik-dari-monumen-pers-nasional/

Baca Juga :

Monumen Pers Bersiap Menjadi Rujukan Pers Nasional Berbasis IT 

Message Us on WhatsApp