Momentum Bangkitnya Prestasi Olahraga Nasional
Olah raga merupakan salah satu pilar pembangunan kepribadian bangsa selain bidang politik, pendidikan dan ekonomi.
Sayang prestasi olah raga nasional terjun ketitik nadir, tidak ada lagi yang dapat dibanggakan karena tidak ada lagi prestasi yang dapat mengangkat harkat dan martabat bangsa.
Pesta olimpiade London 2012 yang baru berakhir beberapa waktu lalu merupakan wujud kegagalan Indonesia dalam bidang olahraga, meskipun memperoleh sekeping perak dan sekeping perunggu rasanya belumlah cukup untuk memenuhi dahaga masyarakat akan prestasi olahraga Indonesia.
Bulu tangkis yang digadang-gadang akan dapat mengibarkan Merah putih justru menuai kejadian yang memalukan dengan terdiskualifikasinya pasangan ganda putri Indonesia, Greysia poly/ Meliana Jauhari dikarenakan bermain tidak sportif, skandal mengatur hasil pertandingan melawan pasangan Korea Selatan, Ha Jung-eun / Kim Min-jung dengan alasan strategi.
Untuk tingkat Asia saja kita masih berada dibawah bayang-bayang negara Korea, Jepang bahkan di Asia Tenggara kita tidaklah lebih super dibanding Vietnam, Thailand, Myanmar, Malaysia dan Singapura yang notabene secara geografis dan jumlah penduduk jauh berada dibawah Indonesia.
Prestasi yang belum juga memberikan kebanggaan terhadap bangsa makin diperkeruh lagi oleh pengelolaan organisasi yang tidak profesional PSSI sebagai contoh nyata, meskipun telah mendatangkan pemain asing yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas persepakbolaan Indonesia ternyata masih jauh dari yang diimpikan disamping kepengurusan yang masih bersikutat dengan berbagai kepentingan dan ambisi pribadi/ kelompok yang tak kunjung mendapatkan solusi yang tepat. Bahkan peringkat PSSI berdasarkan rilis terbaru FIFA terjun bebas ke peringkat 168, dibawah Thailand, Malaysia, Singapura dan Filipina.
Ada apa denganmu prestasi olah raga Indonesia ?
Sebenarnya pemerintah pada tanggal 9 Sepetember 1984 telah mencanangkan Hari Olah Raga Nasional dengan harapan dapat menjadi momentum kebangkitan prestasi olahraga nasional, tetapi entah mengapa kurun waktu 28 tahun berlalu belum juga ada tanda-tanda kebangkitan prestasi olahraga.
Kalau dirunut ada beberapa faktor yang menyebabkan seorang atlit/ olahragawan dapat berprestasi, yaitu faktor individu / internal dari atlet itu sendiri dan faktor lingkungan/ eksternal.
Prestasi adalah merupakan faktor yang tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia, prestasi yang dimiliki akan mengangkat harkat dan martabat baik individu maupun bangsa sampai kelevel dunia. Prestasi yang tinggi akan membangkitkan kebanggaan dalam setiap warga negara, semangat kebangsaan akan menyala-nyala, jiwa persatuan dan kesatuan akan bangkit menjadi kekuatan bangsa .
Prestasi bila diartikan secara harfiah adalah pencapaian akhir yang memuaskan dari seseorang terhadap beban yang telah ditargetkan, prestasi tidak identik sebagai juara. Pencapaian target yang telah ditentukan apa lagi dapat melampaunya bisa disebuti sebuah prestasi.
Sedangkan olahraga merupakan kegiatan yang sistematis membuat jasmani dan rohani, sosial, sehat yang berorientasi terhadap tercapainya prestasi. Prestasi olahraga adalah suatu pencapai target seorang olahragawan , tim dalam lingkup dunia olahraga.
Faktor internal yang mempengaruhi prestasi olahraga adalah : psikologis, pelatih, fisik, skill, tekhnik sedangkan faktor internal adalah sistem pembinaan dan sarana prasarana olah raga.
Kalau merujuk kemasalah internal pasti terkait dengan motivasi olahragawan apakah ia mempunyai kemauan dan kemampuan untuk meningkatkan prestasinya kelevel yang lebih tinggi, tentu saja dengan meningkatkan kemampuannya. Bagi mereka yang mempunyai kemauan yang kuat ia akan menjadikan latihan yang dilakukan laksana sebuah pertandingan sehingga dan ketika ia bertanding ia merasa enjoy seolah seperti latihan, karena secara keseluruhan fisik dan mental ia telah siap, baginya lebih baik mandi keringat ketika latihan dari pada berkubang darah dalam pertandingan.
Faktor eksternal berkaitan dengan sarana dan prasarana. Semakin bertambahnya populasi penduduk tidak diimbangi dengan sarana dan prasarana olahraga yang mencukupi , jangankan bertambahnya tempat olah raga / stadion yang berkualitas, stadion yang sudah adapun banyak yang berubah menjadi pusat-pusat perbelanjaan atau perumahan yang menjadikan ruang publik untuk berolah raga semakin menciut.
Pembinaan olah raga Indonesiapun cenderung inkonsistensi, seolah tidak mempunyai road map yang jelas dan berkesinambungan. Salah satu wujud dari pembinaan adalah dengan mengadakan kompetsisi secara reguler / internal bagi olah raga yang bersifat pertandingan, dilakukan oleh cabang olahraga yang bersangkutan, sepak bola oleh PSSI, Bulutangkis oleh PBSI, demikian juga dengan cabang olahraga yang bersifat kejuaraan, seperti atletik, renang dsbnya.
Korea Selatan, Jepang merupakan salah satu negara yang memilki pembinaan yang menyeluruh disemua bidang olahraga, sehingga sekarang menjadi negara yang cukup diperhitungkan dikancah dunia olahraga.
Pembinaan olahraga harus dilakukan terus menerus, tidak boleh terputus, berjenjang berkesinambungan mulai dari kelompok umur paling bawah sampai ke yang paling tinggi, konsistensi pembinaan tidak boleh diabaikan.
Indonesia dengan potensi penduduk yang demikian besar seharusnya segera bangkit dari tidur panjangnya, pembinaan yang berkesinambungan, pengadaan sarana dan prasarana modern yang memadai dan spirit untuk meraih prestasi puncak harus menjadi tekad didada seluruh pengurus dan olahragawan memberikan yang terbaik untuk kebanggaan bangsa.
Bersamaan dengan peringatan ke 28 Hari Olah raga Nasional, Pekan Olahraga Nasional ke XVIII dimulai yang akan berlangsung mulai tanggal 9 – 20 September 2012, dapat untuk dijadikan sebagai momentum kebangkitan olahraga nasional meraih prestasi dunia.
Selamat Hari Olah Raga Nasional 2012, Selamat bertanding raihlah prestasi tertinggi! (Supardi, S.Sos)